Ini cerita dari pengalaman waktu mudik ke Solo untuk liburan semester. Tepatnya tanggal 9 Juni 2010, hari Rabu. Pengalaman yang sungguh unik dan mantap gan. Bagaimanakah ceritanya? Simak gan…

Selasa malam 8 Juni, di rumahku istanaku. Sedang GeJe karena ga ada cukup kerjaan (jadi berasa rindu tugas kampus yang bejibun itu), aku nge-laptop aja. Buka-buka file, terutama yang entertainment. Yaeyalah, orang baru GeJe suruh buka slide dari dosen, bijimana efeknya.. Piala Dunia juga belum mulai, masih kurang 3 hari lagi waktu itu. Padaha udah pengen banget nonton. Yah, akhirnya nge-laptopnya buka file2 donlotan yang cuplikan2 sepakbola aja deh.. Karena ga punya laga klasik World Cup, jadi lihatnya laga klasik Final Champions dalam rentang 1989-2009 yang dimenangi 2 tim favoritku, AC Milan dan Barcelona.

Perlu diketahui, dalam rentang 20 tahun terakhir itu, AC Milan sangat sukses dengan 5 Champions (1989,1990, 1994, 2003,2007). Sedangkan Barca dapat 3 (1992,2006,2009). Seru benar lihat highlight 8 final itu. Termasuk saat keduanya beradu di final 1994. Yah, supergol Dejan Savicevic jadi momen paling indah dari kemenangan 4-0 Rossoneri atas Blaugrana. The Dream Team (tim impian) sih.. coba waktu itu lawannya Madrid The Dreaming Team (tim yang sedang bermimpi.. tapi ga pernah kesampaian, kapitalis lemah!), pasti Barca bakal menang 4-0.

Baru asyik nonton video (oya, ini hanya waktu GeJe ya.. waktu normal sih aku belajar slide dari dosen.. auwah..), Ibu memanggil dari lantai bawah. Ternyata ada ajakan untuk berpartisipasi dalam pemecahan rekor MURI Nembang (menyanyikan) Tembang (Lagu) Macapat 50 jam nonstop. Heu.. Respon pertama, karena ini pemecahan rekor MURI, pasti dah sangat tertarik. Tapi dipikir dan dipikir, jadi ragu.. tentu saja sebab ragunya adalah bagaimana suaraku kalau nembang.. keputusan untuk ikut atau ga pun belum diputuskan.

Aku kembali ke lantai atas. Video yang baru ku-pause kutunda dulu untuk mem-play-nya kembali. Mau check sound dulu. Hoho.. Seingatku, terakhir nembang Macapat waktu kelas 6 SD, ujian praktik Seni Suara Daerah. Suaraku masih merdu dan jernih waktu itu. Klo sekarang, wah.. time is changing.. suaraku sudah berkembang sehingga pantasnya duet dengan Billie Joe Armstrong (vokalisnya Greenday) untuk lagu ’21 Guns’, bukannya Sekar Macapat.. haha.. (tentu saja aku bercanda..)

Check sound awal, aku tersenyum. Kutahan tawaku. Ga enak tertawa sendiri. Ternyata suaraku lebih parah dari perkiraan awal. Menyedihkan sekali harus mengakui itu. Tapi gapapa, tetap kuteruskan check sound dengan lagu Gambuh dan Pocung, dua lagu Macapat untuk beginner.

Ibu ternyata sudah mendaftarkan namaku lewat teman beliau. Yah,aku sudah pasti ikut donk. Aku membayangkan betapa kasihannya orang2 seni yang akan mendengarkan suaraku besok. Karena itu, walaupun sedikit aku tetap berlatih.

Hari Rabu pun tiba. Langsung cerita siang harinya saja, waktu mulai berangkat ke UNS, kampus tempat digelarnya acara itu. Berangkat dari rumah di perbatasan barat Solo ke UNS yang ada di perbatasan timur Solo. Keliling kota deh. Lewat jalur yang selalu kugunakan waktu ke SMAN 1 Solo  dulu sehingga jarak 8km rumah-SMA hanya bertemu 3 lampu merah dan ditempuh hanya dalam waktu 20 menit, kemudian lanjut menggerus jarak SMA-UNS.

Sampai di UNS lewat gerbang depan, sempat salah masuk area parkir Gedung Sastra. Ternyata pagelarannya di area Gedung IV. Langsung deh bergegas ke sana. Jam menunjuk pukul 13.00 WIB. Harus daftar ulang dan antri dulu. Waktu itu yang nembang guru2 dari SMPN 26 Solo. Giliranku (bersama Ibu dan adikku, De’Fia) jam 13.20 WIB.

Singkat cerita, giliranku pun tiba. Naek ke atas panggung dengan PeDe. Insya Allah well-prepared walau dengan suara yang pas-pasan. Oya, dalam satu giliran/kesempatan itu diharuskan menyanyi minimal 3 tembang macapat. Aku pun memilih dua lagu beginner (Pocung versi 1 dan 2.. Gambuh dipakai De’Fia sih) dan satu lagu intermediate (Sinom). Berikut liriknya

POCUNG (versi 1)

Ngelmu iku  kalakone kanthi laku

Lekase lawan kas

Tegese kas nyantosani

Setyo budyo pangekesing dur angkoro

POCUNG (versi 2)

Bapak Pocung dudu watu dudu gunung

Dawa kaya ula

Gedhene anggegirisi

Yen lumaku si pocung lembeyan grana

SINOM

Nuladha laku utama

Tumrape wong tanah Jawi

Wong agung ang ngeksiganda

Panembahan senopati

Kepati amarsudi

Sudaning hawa lan nepsu

Pinesu tapa brata

Tanapi ing siyang ratri

Amemangun karyenak tyas ing sasama

Setelah giliran selesai, aku segera turun panggung dan disalami oleh panitia, tanda suaraku mengagumkan. Eh engga dink, GeeR bener, semua partisipan juga bakal disalami dan terima kasih sudah berpartisipasi. Alhamdulillah berjalan lancar, tidak ada yang tutup telinga mendengar suaraku, dapat sertifikat gratis, dan juga snack enak. Yang paling penting, bisa ikut nguri-uri kabudayan Jawa, yang juga termasuk kekayaan budaya nusantara (hidup Indonesia!)

Last but not least, sukses deh buat acaranya. Dan kedengarannya sampai penutupan Kamis 10 Juni 2010 pukul 15.00 WIB lancar-lancar saja. Jadi donk rekor MURI-nya. Semoga terus ada acara “renaissans budaya nusantara” ini. Biar generasi muda juga bisa ikut melestarikan budaya. Dan menurutku tembang macapat itu bagus banget kok, banyak muatan budi pekertinya.

Then, sukses buat Solo yang semakin punya karakter. Kota Warisan Budaya Dunia ini selalu saja punya acara budaya yang sensasional. Kemarin ada pagelaran seni kampung nusantara, setelah ini masih ada Solo Batik Carnival (23 Juni 2010), pagelaran musik etnik internasional, and many more. Solo emang The Spirit of Java dah.

Mau bilang. lagi.. “Pagelaran Macapat 50 jam.. wow… mantap!!”

Satu pemikiran pada “Macapat 50 Jam.. wow..mantap..

Tinggalkan komentar