Hari Ini (7 Juli 2010)…

Menulis lagi.. setelah hari yang muram kemarin, yah anggap saja 3 hari kemarin tak pernah ada..

Bangun tidur dalam kondisi yang masih kacau, baik hati maupun badan. Walau masih sempat sholat lail dan sholat subuh tepat waktu, tapi jiwaku masih belum siap untuk melangkah lebih jauh.. dan akhirnya rebah lagi.. dalam kelabilan..

Hari ini baru benar-benar dimulai jam 8 WIB. Badan masih panas, kepala masih pusing. Tapi jiwa sudah tak sabar untuk melangkah lagi. Apalagi perut juga sudah meminta jatahnya karena kemarin hanya makan sekali dan ini juga belum sarapan. Jadi, yang terpikir pertama adalah cari sarapan. Sarapan yang sebenarnya sekaligus jatah makan malam kemarin dan makan siang hari ini.

Sebelumnya kutahan sebentar lagi laparku untuk mandi dan sholat dhuha. Badan sudah terasa lebih mendingan, tapi tidak benar-benar fresh. Sepertinya aku butuh udara yang benar-benar fresh untuk menyegarkan lagi jiwa dan badanku.

***

Akhirnya makan juga. Perutku sumringah saat tiba di ‘Kantin Mini’, warung makan di jalan Gelapnyawang yang ideal untuk anak kos Jawa karena citarasa dan harga makanannya. Alhamdulillah perut pun terisi.

Selesai makan, ke BCA untuk transfer, lalu mulailah plan. Mencari udara segar. Dalam arti yang sebenarnya. Udara segar yang bisa menormalkanku dari kepenatan ini. Tapi ke mana? di kota ini walaupun masih termasuk ibukota provinsi paling sejuk, tapi udara kotor sudah di mana-mana. Lingkungan juga sudah penuh oleh sampah. Hmm..

Sekejap aku terpikir oleh daerah di sebelah utara. Ahaa, Lembang! Ya, lama tidak ke sana. Menikmati udara dan air segarnya. Toh jaraknya hanya dekat dengan kampus yang terletak di Bandung Utara. Paling hanya sekitar 20 menit. Dengan waktu yang menunjukkan pukul 10 WIB, masih bisa ke sana barang sebentar dan bisa sampai kosan lagi sebelum adzan Dhuhur menjelang.

***

Lembang. 10.20 WIB. Ah, sampai juga di daerah nan sejuk ini. Benar-benar tak butuh waktu lama. Setelah lewat daerah niaganya, nuansa kebun strawberry menyambut. Hutan pinus di lereng Tangkuban Perahu semakin menambah aroma segar. Sebentar berganti kiri kanan perkebunan teh nan hijau. Hijau daun segar yang memanjakan mata. Kepenatan hari-hari pun sekejap hilang. Kesegaran udara membawa jiwa ini kembali.

Well, satu lagi yang kuinginkan selain udara segar, yakni airnya yang tak kalah segar. Tapi aku tak harus mencari mata air atau semacamnya, kebetulan sekali gerimis turun saat perjalanan pulang. Mengiringi hati yang gerimis. Hati yang kemarin terluka karena banyaknya hal yang tidak berjalan normal.

***

Kosan. 11.35 WIB. Huff.. sampai di kosan lagi. Alhamdulillah, charging jiwa lewat keindahan alam berjalan dengan baik. Waktunya untuk sholat dan ngaji. Yang alhamdulillah pula, jauh terasa kesejukan rohaninya dibanding kemarin. Mungkin kemarin hatiku memang sedang membeku. Well, hari yang baru menanti. Banyak pekerjaan. Banyak waktu. Banyak yang harus diubah dalam pemanfaatannya. Bravo…

Bumi Cinta

Setelah sukses dengan karya fenomenalnya Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Bercinta Bertasbih, penulis muda berjuluk Sang Tinta Emas Habiburrahman El Shirazy, atau lebih akrab dipanggil Kang Abik, mengeluarkan adikaryanya yang terbaru yakni Bumi Cinta. Novel karya Kang Abik identik dengan dakwah Islam yang disampaikan secara halus, dengan diksi dan alur yang memukau, serta berproses dari tadabbur terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Untuk novel Bumi Cinta ini, seperti dijelaskan Kang Abik dalam prolognya, adalah hasil tadabbur QS Al-Anfal ayat 45-47 mengenai kunci kemenangan orang yang beriman manakala menghadapai musuh yang berat. Musuh yang bisa datang dari mana saja dan siap meluluhlantakkan bangunan keimanan orang yang beriman. Dan dalam konteks kekinian, musuh itu berupa produk syaithan ‘pornografi’ dan ‘pornoaksi’.

Alur cerita dibuka dengan tibanya santri salaf tokoh utama novel ini, Muhammad Ayyas, di bandara Moskwa. Moskwa merupakan ibukota negara Rusia, sebuah negara yang paling bebas sedunia, sebagian besar penduduknya menganut paham free sex radikal dan pengakses situs porno terbesar di dunia. Ayyas berada di Rusia dalam rangka riset tesisnya mengenai sejarah umat muslim Rusia pada waktu pemerintahan Stalin.

Ujian iman Ayyas dimulai dari kondisi yang memaksanya tinggal satu apartemen dua nonik muda Rusia nan jelita, Yelena dan Linor. Ujian iman bertambah karena profesor yang seharusnya membimbingnya berhalangan dan pembimbingan pun diwakilkan pada asisten yang cantik jelita, Doktor Anastasia Palazzo.

Awal konflik dimulai saat pulang dari kampus, Ayyas tidak sengaja melihat Linor sedang berhubungan badan dengan lelaki bule di kamar tamu apartemen. Ayyas secepat mungkin berlalu untuk masuk kamar. Tapi pasangan Linor itu menggedor pintu kamarnya dan terjadilah pertarungan. Ilmu Thifan yang dipelajarinya waktu kuliah di Madinah ternyata membantu Ayyas merobohkan si lelaki bule. (Untuk pertama kalinya Kang Abik menghadirkan adegan pertarungan di novelnya)

Konflik semakin berkembang saat Ayyas mengetahui bahwa Yelena ternyata seorang pelacur kelas atas. Terlebih Yelena juga tidak mengakui adanya Tuhan. Fakta lain bahwa Linor adalah seorang agen zionis (Ayyas tidak tahu itu) semakin menambah seru. Pun ketertarikan Doktor Anastasia Palazzo akan kecerdasan Ayyas. Ayyas semakin mendapat tekanan batin yang tanpa terus memohon perlindungan Allah ia takkan mampu melaluinya.

Siraman nilai dakwah lewat kata-kata sang tokoh utama yang selalu ada dalam novel Kang Abik kali ini ditampilkan saat Ayyas diundang menjadi pembicara dalam seminar “Tuhan dalam Kehidupan Modern”. Di sini pembaca pasti terpukau saat membaca bantahan keras Ayyas terhadap atheisme yang berkembang di masyarakat sana.

Konflik memuncak dengan rencana jahat peledakan bom di hotel Moskwa yang tersangkanya akan diarahkan kepada Ayyas. Rencana itu adalah skenario rapi pentolan zionis Ben Solomon yang dibantu salah satu agen kesayangannya, Linor. Linor sendiri setelah melaksanakan tugas bagiannya memilih untuk ke Ukraina menemui ibunya dan ingin sejenak lepas dari bayang-bayang agen zionis.

Atas pertolongan Allah, tuduhan terhadap Ayyas terbantahkan karena alibi seterang matahari, ia didukung penuh oleh KBRI dan masyarakat Rusia yang terkagum dengan kata-katanya saat seminar.

Di tempat lain, Linor mendapati hal yang mengubah hidupnya.Ibunya di Ukraina menceritakan jati diri Linor sebenarnya, bahwa ia sebenarnya anak angkat dan ibu kandungnya adalah perempuan tangguh Palestina yang berhati mulia. Linor shock, darahnya ternyata darah Palestina murni, negeri tanah air yang justru banyak ia zalimi, tidak ada darah Yahudi. Kenyataan yang akhirnya membawa ia ke gerbang taubat nan indah, menjadi muallaf dan mempelajari Islam dengan penuh keikhlasan.

Mulailah penyelesaian konflik. Yelena yang sudah mulai mengimani adanya Tuhan setelah ditolong Ayyas saat sekarat dan mendengar penjelasan Ayyas saat seminar, akhirnya juga dengan keikhlasan mengucapkan kalimat syahadat. Hidup baru yang lebih baik pun menyambut, terlebih ia dilamar oleh Devid, yang juga bertaubat setelah sempat terpengaruh gaya hidup bebas ala Rusia.

Di akhir cerita, Linor yang sudah menjadi muslimah seutuhnya, berniat menemui Ayyas untuk mengucapkan terima kasih dan apa yang sedang dirasakannya. Di bawah bayang-bayang ancaman pembunuhan karena ia balik menjadi incaran agen zionis, ia berhasil menemui Ayyas. Apa yang akhirnya terjadi pada Linor? Takdir Allah yang memayungi hamba-Nya menjadi jawaban atas pertanyaan itu dan jawaban mengapa novel ini diberi judul Bumi Cinta.

Subhanallah.