Matahari Pagi di Gajahmungkur

Ahad 11 Juli 2010

Setelah tidur sebentar (banged) dan sholat subuh, mata masih saja meminta jatah untuk tidur lagi. Tapi kalau kata ibunya Azzam di Ketika Cinta Bertasbih, kalau tidur lagi ntar rezekinya dipatuk ayam. Yah, harus memaksakan diri untuk aktivitas fisik, kali ini dengan menyapu. Sehabis menyapu, mata jadi lebih fresh.. terlebih setelah itu tahu kalau ortu merencanakan untuk berangkat piknik keluarga, antara Kemuning atau Gajahmungkur.

05.30 pagi, diputuskan untuk ke Gajahmungkur Wonogiri karena piknik keluarga terakhir sudah ke Kemuning. Yuhu, memanfaatkan libur terakhir sekolah (untuk Ibu dan De’Fia.. klo saya mah masuknya masih awal Agustus). Piknik keluarga!! Mantap!!

Berangkat pagi-pagi tanpa mandi lebih dulu, mencari udara segar dan inspirasi baru untuk hari esok yang mesti dilalui dengan lebih banyak motivasi. Saya berangkat dengan tetap memakai baju kemarin (karena belum mandi) dan celana pendek. Yuph, kalau di sini jam segini pake celana pendek gapapa. Coba di Bandung, wuzz, pasti saya akan berangkat dengan masih memakai sarung saking duinginnya.

Melintasi jalanan Sukoharjo yang berkabut tebal (tumben berkabut), mobil melaju dengan kecepatan sedang karena jarak pandang yang terbatas. Saya sebagai penumpang bisa memanfaatkan dengan tidur tiduran. Yah, anggap saja bonus untuk mengobati rasa capek yang belum sepenuhnya hilang. Selang hampir satu jam kemudian, sudah tiba di jembatan yang dari sana terlihat jelas luasnya Waduk Gajahmungkur.

Waduk Gajahmungkur. Waduk sangat luas yang konon dalam pembuatannya menenggelamkan 13 kecamatan (4 kecamatan terendam total) dan memunculkan istilah transmigrasi ‘bedol desa’. Waduk itu berfungsi mengatur luapan sungai paling masyhur di pulau Jawa, Bengawan Solo. Oya, pertama kali aku ke sana waktu piknik TK. Saat pertama kali melihat waduk itu dari atas, kukira waduk itu lautan (yah, waktu itu ga tau mau piknik ke mana.. yang penting piknik).

Setelah mengambil beberapa foto dari jembatan, lalu segera melanjutkan perjalanan ke tempat wisatanya. Waktu menunjukkan pukul 06.40 dan petugas tiketnya belum ada yang datang. Hore! Mobil pun bisa masuk bebas. Langsung parkir di dekat tepian waduk, mulai jalan-jalan menikmati udara segar dan tak lupa foto-foto. Narsis area: open.

Pagi itu pedagang masih sedikit sekali. Padahal ingin sekalian wisata kuliner makan pecel khas sana, es dawet dan tentu saja makan ikan waduk. Usut punya usut, kebanyakan pedagang kalau pagi ke bendungan dulu,baru siang atau sorenya ke tempat wisata. Hmm..

Untunglah tidak begitu lama kemudian ada juga bakul pecel yang datang. Langsung deh pesan berempat. Sajian pecel berisi sayur bayam, kecambah mlanding, bunga turi, bakmi pentil dengan sambal yang cukup pedas. Lezat sekali rasanya. Sayang es dawetnya belum juga datang. Tapi tak apa karena minumnya bawa bekal dari rumah, teh manis panas buatan bapak yang rasanya paling spesial di dunia versi lidah saya.

Objek wisata di Waduk Gajahmungkur sekarang dilengkapi dengan water sport asyik macam skyboat, banana boat, dan perahu dayung. Mantap. Melengkapi fasilitas lain macam kebun binatang mini, perahu menuju keramba rumah apung, dan tentu saja kuliner ikan waduk.

Selesai bersantap pecel, langsung ke tempat ikan waduk yang alhamdulillah sudah pada buka. Ibu langsung memborong udang, wader, dan ikan waduk yang khas (ga tau namanya). Nyummy. Puas belanja ikan waduk, lalu berkemas meninggalkan tempat wisata itu.

Mobil meluncur keluar dari tempat wisata (oya, pada akhirnya tetap ga bayar). Terus melaju dalam kelokan jalan Wonogiri menuju mana lagi kalau bukan Sukoharjo. Udara segar masih terasa karena memang belum siang. Inspirasi baru didapat dari piknik keluarga yang luar biasa ini. Semangat!!

I’m Coming Back Again, Solo…

Ahad, 11 Juli 2010

Setelah menempuh perjalanan panjang hampir 10 jam dengan KA Malabar Ekspress, akhirnya sampai lagi di kota nan bersahaja itu, Solo. Ibu, Bapak dan De’ Fia sudah di lobi stasiun Solobalapan untuk menjemput. Itu kemungkinan terbaik dalam penjemputan, sekeluarga menjemput. Subhanallah. Seperti tak terasa kalau waktu menunjuk 01.25 dini hari.

Well, karena perut sudah istirahat makan semenjak sore, langsung bergegas melanjutkan ‘kebiasaan’ jika pulang naek KA Malabar (halah, baru mau dua kali aja sudah dibilang kebiasaan).. makan di gudeg cakar Bu Kasno Margoyudan, dekat Smansasolo tercinta.. Hmm,,maknyuss…

Kenyang dari gudeg cakar langsung pulang melintasi RRI (eits, untung kali ini ga ada pemandangan jelek), terus lanjut di jalan depan Dikpora, sampai pertigaan belok kiri, mentok sampai jalan utama kota, Slamet Riyadi. Karena jam segitu sudah jadi jalan dua arah, bisa deh melintas ke barat dengan nuansa Stadion R Maladi yang katanya buat gelar SIEM itu, Loji Gandrung-nya pak Jokowi, Solo Grand Mall, dan tentu saja rel kereta dan city walk. Di beberapa cafe kiri kanan jalan ramai pengunjung, disinyalir nonton bareng Piala Dunia yang saat itu perebutan juara 3 antara Jerman vs Uruguay.

Saat malam tlah tiba bermandikan kilau cahaya kota..

Merenungi esok hari di bawah bintang gemintangnya…

Sampai nanti kita bertemu, di keramahan khas kotamu..

Selalu kunanti tuk bertemu, jemput aku dengan senyummu..

Hmm.. lirik klasik yang sangat tepat dengan suasana temaram lampu kota ini. Solo yang selalu menawarkan keramahan dengan senyumnya. Indah sekali.

Singkat kata, sampailah di rumah lagi. Fyuh, capek sekali. Hampir sepuluh jam duduk di kereta gitu. Untung tadi di kereta ada teman ngobrol dua tentara asli Bandung yang mau pelatihan di Malang. Obrolan yang mengalir membuat ga begitu boring. Entah mengapa bisa juga saya menanggapi obrolan militer, padahal sebenarnya hanya satu yang makes me interested, panglima TNI sekarang Kasmadji (pak Djoko Santoso)! Sayangnya, tadi lupa bilang sama masnya, “Mas, tau ga, bosnya dari bosnya bos Anda.. alias bos besar Anda itu kakak kelas saya..” Haha..

Di rumah, pertama kali yang kulakukan adalah bernafas dulu (yaeyalah..). Setelah itu wudhu dan sholat lail seperti biasa. Selesai sholat lail, pengen langsung tidur tapi insting gibol mendorong untuk nonton TV dulu. Uruguay 1 Jerman 1. Sempat nonton golnya Forlan dan Marcell Jansen sehingga skor jadi 2-2, tapi langsung tepar. Ngantuk berat. Toh gpp ga nonton pertandingan ini, yang penting pertandingan finalnya.. dan yang penting juaranya Spanyol..

Well, dini hari yang indah.. I’m coming back again…