(lanjutan dari perjalanan malam-1)
Then, sampai juga di perempatan jalan raya utama. Saking baik hatinya bapak tukang ojek, beliau menunggu sampai aku dapat bus jurusan Solo. Dan memang tak butuh lama, bus itu sudah datang. Aku segera membayar ongkos ojek ke bapaknya dan bergegas masuk ke dalam bus.
Tahukah Kawan, bus yang kutumpangi ini adalah bus legenda. Namanya Sumber Kencono. Legenda? Ya, paling engga dikenal oleh masyarakat sepanjang jalan Jogja-Surabaya seperti itu. Legenda karena kecepatannya yang mengagumkan (tetangga saya pernah naek bus ini Solo-Surabaya hanya 3 jam, padahal kalau naek mobil normalnya 5jam!). Tapi, saking senengnya ngebut, tak terhitung lagi berapa bencana yang ditimbulkannya. Mungkin kalau dikalkulasi, bus ini yang paling sering menimbulkan kecelakaan. Jadi, banyak orang mempelesetkan namanya dengan “Sumber Bencono”.
Sejak masuk di dalam bus, aku langsung excited. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya berada di bus ekonomi supercepat. Bus legenda ini. Benar saja, saat lampu merah padam berganti lampu hijau dan bus ini mulai melaju, percepatannya luar biasa. Percepatan itu dikombinasi dengan kenekatan. Bedakan berani dengan nekat. Nekat itu lebih brutal. Tikungan ke kiri, tikungan ke kanan, menyalip truk, menyalip mobil. Caranya, sensasional! Kalau dalam 100 perjalanan berturut-turut bisa seperti itu tanpa kecelakaan, bolehlah sopir bus ini bersanding dengan Sebastian Vettel di ajang F1. Tapi semua pasti pesimis. Hmm.. enaknya jadi penumpang bus ini, keamanan cukup terjamin. Nah, orang-orang yang di luar sana lah yang harus menanggung dag-dig-dugnya. Tak adil memang kalau sudah berkendara hati-hati tapi tetap tertebas bus ini. Yah, cara aman di jalanan menghadapi bus ini memang hanya dua: perbanyak doa kepada Allah SWT, atau sekalian saja naik bus legenda ini. Dua langkah itu pun kulakukan sekaligus, aku sholat lail di dalam bus (dengan duduk, sholat lail berkecepatan 100 km/jam tu). Alhamdulillah, 1 jam sudah sampai bangjo Kleco, tempatku turun dalam keadaan sehat walafiat dan busnya juga tidak kecelakaan.
Saat turun, aku tersenyum. 1jam.. Ngawi-Kleco. Padahal dengan waktu segitu, aku hanya bisa mencapai Sragen. Emang benar-benar deh mengagumkan kecepatannya. Oya, saat aku di dalam bus tadi, aku mengamati kebanyakan penumpangnya naek untuk menuju Solo, berjualan di pasar. Ibu-ibu menggendong banyak bakul, berangkat dari rumah jam 3 dini hari.. Eh, itu jam mulai naek busnya dink. Entah jam berapa ibu itu mulai menyiapkan dagangannya, lalu berjalan ke jalan besar untuk naek bus. Mengagumkan. Pengorbanan orang tua memang mengagumkan. Sejenak kuteringat lirik lagu bang Iwan Fals, “Ibu” Ribuan kilo jalan yang kautempuh.. Lewati rintangan untuk aku anakmu.. Nice…
Perjalanan malam yang menyenangkan. Mengagumkan. Dan untuk mengakhirinya aku berjalan kaki segenap hati menuju rumah. Tak terasa berat walau kebiasaan dijemput kalau pulang dini hari. Keluarga di rumah menyambut. Subuh, dan perjalanan malam pun berakhir.