Tarawih 9- Masjid Salman ITB

Malam 9 Ramadhan.. Terdorong untuk sholat di masjid Salman lagi.. hehee..

Khotib untuk tarawih malam hari ini tak kalah dengan khotib-khotib terdahulu, yakni Bapak KH Athian Ali, beliau adalah ketua FUUI (Forum Ulama Umat Islam). Walau beliau masih dalam kondisi kurang fit karena baru 2 hari lalu operasi, tapi beliau masih bisa membawakan khutbah dengan sangat bagus. Materi yang disampaikan agak sensitif tapi dengan penyampaian seperti beliau, jamaah jadi sangat antusias. Dan memang jamaah perlu belajar banyak dari beliau, yang bisa terus berdakwah dengan baik dalam kondisi sakit sekalipun. Subhanallah

**

Khotib dalam khutbah tarawih ini membahas mengenai iman dan kafir yang saat ini perbedaannya tampak makin kabur, terutama di negeri kita Indonesia. Klo tentang urusan hati memang semua orang juga tidak tahu, tapi kondisi sekarang, tampak luar pun susah untuk membedakan apakah seseorang beriman atau sebenarnya kafir.

Dalam QS Al-Baqoroh ayat 185 dijelaskan salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai pembeda, pembeda antara haq dan bathil. Jadi dari Al-Qur’anlah semestinya kita bisa membedakan mana perkara yang baik dan buruk.

Khotib secara khusu menyoroti QS Al-Hujurat ayat 14-15 berikut

Dari ayat tersebut, Allah SWT pernah mengingatkan Rasulullah SAW untuk mengatakan pada orang Arab Badui bahwa telah Islam/tunduk, belum tentu telah mukmin karena iman belum tentu sudah masuk dalam hati mereka. Sedangkan iman yang sesungguhnya adalah yang disebutkan dalam QS Al-Hujurat: 15 itu.

Nah, di Indonesia tercinta ini, banyak kasus yang membuat miris karena banyak yang belum mukmin tadi. Dan mungkin juga lho kita ini sudah Islam, tapi ternyata belum benar-benar mukmin. Padahal ga ada yang namanya “rada mukmin” atau “agak kafir”. Kalau ga mukmin, ya berarti kafir. Naudzubillahi min dzalik.

Dalam candaannya, khotib berkata kalau Iblis itu, mungkin paling sebel di Indonesia. Kenapa? Coz, dia (iblis) aja hanya sekali mengkufuri (tidak mau sujud pada Adam A.S. dengan alasan api lebih mulia dari tanah) hukumannya diturunkan dari surga dan dilaknat sampai akhir zaman. Sedangkan di Indonesia, orang yang kufur berkali-kali banyak yang menyebutnya Kiai Haji. Contoh juga yang mengatakan Al-Qur’an sebagai kitab suci paling porno tuh…

Masih dalam nada candaan, khotib berkata kalau Iblis mungkin lebih beriman dari manusia. Kenapa? Kan dia (iblis) melihat langsung Allah, ia sadar kalau Allah Sang Pencipta, tidak beranak dan diperanakkan. Eh manusia malah masih banyak yang ragu akan Allah SWT, berkata Allah itu punya putra, de-el-el. Hmm…

Bahwa beda antara mukmin dan kafir makin kabur di negeri ini adalah pendapat mengenai hukum waris. Ada yang beranggapan (padahal yang beranggapan wawasan Islamnya cukup luas), jatah warisan laki:perempuan 2:1 seperti tercantum dalam Al-Qur’an itu tidak adil, karena kondisinya perempuan sekarang banyak yang bekerja. Kalau perbandingan 2:1 kan cocoknya di Arab tempo dulu, ga cocok di kondisi seperti Indonesia sekarang. Jadi ada pendapat untuk bikin “fiqih versi Indonesia”. Nauzubillah.

Al-Qur’an sebagai kitab suci pedoman hidup manusia itu tidak ada keraguan di dalamnya, tidak ada sama sekali. Kalau dinalar sederhana, itu seperti kita memilih kopiah untuk kepala. Bukan kepalanya yang harus menyesuaikan dengan kopiah, tapi kopiah yang dipilihlah yang harus menyesuaikan dengan kepala. Dan kepala dalam analogi ini adalah induk ilmu, tak lain kitab suci Al-Qur’an. al-Qur’an mesti kita pelajari dan pahami benar karena fungsinya juga sebagai Al-Furqon, pembeda antara haq dan bathil.

Semoga kita bisa lebih mendalami Al-Qur’an dan Islam. Beriman dengan sebenar-benarnya iman. Dan kita terbimbing dalam menghadapi batas mukmin dan kafir yang makin kabur.

Bismillahirrahmanirrahiim…

Kultum Subuh 8- Masjid Salman ITB

8 Ramadhan 1432 H atau bertepatan dengan Senin 8 Agustus 2011. Hari pertama perkuliahan semester 7 di ITB. Semester baru, semangat baru. Tak terasa sudah jadi mahasiswa versi 4.0 (tingkat empat). Final year.. Harus bisa jadi produktif dan lebih produktif lagi,, dan pagi nan cukup hangat ini dimulai dengan sujud di Masjid Salman.

**

Kultum Subuh kali ini membahas mengenai doa yang merupakan salah satu cara komunikasi kita kepada Sang Pencipta, ALLAH SWT. Manusia, sebagaimana kita tahu, punya kelebihan dan batasan masing-masing. Karena itu semestinyalah tempat bergantung kita hanya Allah, bukan malah bergantung pada manusia yang jelas-jelas punya banyak batasan.

Caranya, ya komunikasi itu tadi : doa. Dibarengi dengan ikhtiar, insya Allah dimudahkan dalam berbagai hal di kehidupan ini. Manusia berikhtiar tanpa doa, itu sombong. Manusia berdoa tanpa ikhtiar, itu bohong.

Ada syarat agar doa kita makbul (dikabulkan oleh Allah SWT), yakni dengan sikap yang tepat dan waktu yang tepat. Dalam kultum ini, khotib memaparkan waktu-waktu doa makbul yakni: saat adzan, antara adzan dan iqomah, saat sujud, sesaat setelah sholat fardhu, sepertiga malam terakhir, saat khotib duduk di antara 2 khutbah Jum’at, saat buka puasa.

Waktu yang mustajab itu akan lebih berlipat kesempatannya saat bulan suci Ramadhan ini. Karena itu, bismillah, mari lebih banyak mendekatkan diri dengan Allah melalui doa. Memberi harapan dan melengkapi ikhtiar sungguh-sungguh yang kita lakukan dengan nama Allah, untuk mengharap ridho Allah.

Bismillahirrahmanirrahiim…

 

Tarawih 8- Masjid Salman ITB

Malam 8 Ramadhan.. Salman dan Salman… 😀

Kalau biasanya jamaah tarawih penuh, malam ini lebih penuh lagi karena khotib yang mengisi merupakan seorang menteri. Seorang yang juga cukup identik dengan ITB. Beliaulah ketua Ikatan Alumni ITB, yang sekarang juga diamanahi jabatan tak main-main, Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia. Ya, khotib malam ini adalah bapak Ir.H. Hatta Radjasa..

**

Dalam khutbah tarawih malam ini, Pak Hatta mengawali dengan menceritakan banyaknya peristiwa penting dalam sejarah, terutama tarikh Islam, yang terjadi di bulan Ramadhan. Kemenangan pasukan Rasulullah SAW di Perang Badr, penaklukan Andalusia (Spanyol) oleh Tariq bin Ziyad, perebutan Palestina oleh Sholahuddin Al-Ayubi adalah contohnya.

Bulan Ramadhan merupakan syahrul jihad. Bulan untuk berjuang. Bulan untuk berjihad melawan berbagai permasalahan yang menimpa diri, bangsa dan agama. Sebagai seorang menteri ekonomi, Pak Hatta akan membahas mengenai perjuangan yang mesti dilakukan bangsa Indonesia, terutama terkait ekonomi. Mengenai ekonomi, Indonesia sering dilanda krisis, saat krisis itu muncul energi untuk bersatu, dan motor utamanya adalah umat Islam. Karena itu, sudah selayaknya  kita sebagai muslim Indonesia juga turut memikirkan permasalahan bangsa.

Indonesia, kata Pak Hatta, butuh waktu 65 tahun untuk mencapai kemajuan ekonomi gelombang pertama. Tapi, apakah perlu 65 tahun lagi untuk kemajuan ekonomi kedua? Tentu semua akan sepakat untuk berkata “Tidak!”. Kita butuh percepatan pembangunan, dan itu mesti diupayakan sebaik mungkin.

Mengenai pembangunan, Indonesia jelas punya potensi besar. Di antaranya adalah kondisi generasi sekarang yang merupakan transisi usia produktif (double bonus generation). Di saat kebanyakan negara Barat serta Jepang mulai aging (banyak yang berumur tua), Indonesia justru punya piramida penduduk yang produktif. Sayang jika kondisi ini tidak bisa dimanfaatkan. Potensi utama lainnya adalah kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) yang belum terolah dengan benar walau rata-rata merupakan sumber melimpah 5 besar dunia.

Dalam program nasional, Pak Hatta menjelaskan langkah strategis yang diambil untuk percepatan pembangunan ekonomi:

1. Pembangunan pusat-pusat ekonomi baru yang tersusun dalam 6 koridor ekonomi nasional. Kawasan ekonomi khusus untuk memacu pertumbuhan ekonomi terus disiapkan

2. Membangun konektivitas dan infrastuktur (locally integrated, globally connected)

3. Memacu SDM dan IPTEK nasional. Jadi landasan pembangunan ekonomi sekarang ditumpukan pada teknologi. Negara butuh entrepreneur-entrepreneur kreatif dalam jumlah banyak. Juga teknokrat yang mau memikirkan dan mampu memajukan bangsa.

Itulah rencana pembangunan ekonomi nasional di mana kita diharapkan untuk sama-sama menyokong. Dimulai dari membangun diri sendiri. Quote dari pak Hatta: Good is not good enough, why not the best?

Yuph, mari berusaha sebaik mungkin…

Bismillahirrahmanirrahiim….