Malam 13 Ramadhan.. Untuk kedua kalinya dalam Ramadhan ini sholat tarawih di masjid agungnya Kota Bandung, yakni masjid Al-Ukhuwwah. Oya, khutbah di masjid berarsitektur indah ini biasanya 40% bahasa Indonesia dan 60% bahasa Sunda. Walaupun saya nyaris tidak bisa sama sekali berbahasa Sunda (padahal sudah 3 tahun di Bandung), tapi secara pasif masih bisa menangkap isi khutbah Sundanya. Kalau dalam kalimat yang panjang sekalian, bahasa yang “asing” pun lebih mudah dicerna ternyata. Anyway, asyik juga lho mendengarkan khutbah campur Indonesia-Sunda 😀
**
Dalam khutbah kali ini, khotib menyampaikan salah satu sabda Rasulullah yang berbunyi:
Kalaulah seandainya umatku tahu keutamaan bulan Ramadhan, tentu mereka akan meminta supaya satu tahun, semuanya dijadikan Ramadhan (HR Ibnu Mazah)
Kutipan hadits di atas menyebutkan mengenai begitu istimewanya bulan Ramadhan. Bulan yang penuh keistimewaan yang sangat sayang untuk dilewatkan tanpa menjalankan amal ibadah sebanyak mungkin. Karena dalam Ramadhan ini, ada “obral pahala”, kenikmatan dan ganjaran atas ibadah kita akan dilipatgandakan.
Mengingat keutamaan bulan Ramadhan tersebut, semestinyalah kita punya targetan dalam beribadah. Untuk merancang target, kita perlu tahu tujuan Allah SWT memerintahkan kita menjalankan ibadah tersebut.
Sholat, sesuai QS Al-Ankabut ayat 45, bertujuan untuk menjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar
Zakat, sesuai QS At-taubah:103, untuk membersihkan harta dari segala noda keserakahan
Sedangkan SHAUM, maka sebagaimana sering kita dengar selama Ramadhan ini, QS Al-Baqoroh: 183, bertujuan untuk mencapai derajat takwa
Jadi, untuk bahasan utama shaum di bulan Ramadhan ini, target kita jelas: MENCAPAI KETAQWAAN.
Lalu, apa saja sih ciri-ciri Taqwa? Khotib menjelaskan dalam khutbahnya sebagai berikut:
Ciri pertama adalah Tawadhu’. Sifat ini mengandung makna selalu merasa bersalah di depan Allah, merasa amalan yang sudah diperbuat masih kecil, tidak ingin diistimewakan, sehingga selalu meningkatkan usaha atau amalan kepada Allah SWT dan bersegera menggapai ampunan Allah SWT.
Ciri kedua adalah Qonaah. Sifat ini mengandung makna menerima apa adanya. Merasa ikhlas dengan kondisi yang dialami, tapi tidak berhenti hanya sampai situ saja. Sikap qonaah menuntut kita untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, seberapakah kemampuan dirinya, sehingga ia hidup secara WAJAR dan tak melampaui batas.
Ciri ketiga adalah Waro’. Sifat ini mengandung makna berhati-hati. Berhati-hati terhadap sesuatu yang jelek akibatnya, sehingga selalu berusaha mengetahui dan memperdalam ilmu (dalam hal ini menyandarkan pada syariat Islam), serta senantiasa memohon perlindungan pada Sang Pemilik Segala Daya dan Kekuataan, Allah SWT.
Demikianlah semoga kita semua bisa mengambil hikmah. Semoga kita bisa meningkatkan ibadah kita di bulan suci Ramadhan ini dan menggapai ciri dan derajat Taqwa.
Bismillahirrahmanirrahiim…