Tarawih 18- Masjid Mungsolkanas

Malam 18 Ramadhan.. Kali ini “wisata religi” berlanjut ke Masjid Mungsolkanas. Terpikir untuk sholat di sini karena melihat selebaran di Salman mengenai paket wisata ruhani napak tilas 3 masjid saksi bisu perkembangan Islam di Bandung: Masjid Mungsolkanas, Masjid Cipaganti, dan Masjid Agung Bandung. Dua masjid yang disebut terakhir telah saya kunjungi (ada di tulisan tarawih 2 dan tarawih 11). Nah, masjid yang disebut pertama ini yang masih membuat penasaran.

Hunting info mengenai Masjid Mursolkanas pun dilakukan. Ternyata eh ternyata, masjid ini merupakan masjid tertua di kota Bandung! Konon, masjid ini telah berdiri sejak 1869, walaupun tidak ada literatur resmi yang membahas masjid ini. Walau banyak diakui sebagai salah satu masjid tertua tapi masjid ini tidak masuk dalam bangunan cagar budaya kota Bandung. Tapi satu hal unik nan menarik bagi saya adalah nama masjid itu. Mungsolkanas, artinya apa ya? Dan saat tahu infonya, owalah ternyata singkatan toh: “Mangga urang ngaos sholawat ka Kanjeng Nabi SAW” (mari kita bersholawat pada Rasulullah SAW). Wew,,,,ada aja… dan alasan itulah yang membuat tetap tertarik untuk berkunjung.

Nah, untuk mencari letak masjid ini ternyata tidak cukup mudah. Walau beralamat di jalan Cihampelas, salah satu jalan paling masyhur di kota Bandung, tapi keberadaannya yang masuk gang (Gg.Mama Winata) dan tidak dilengkapi plang penunjuk yang memadai, membuat saya sempat bingung juga. Jalan Cihampelas yang hanya “selemparan batu” dari kampus saya susuri dengan sepeda motor untuk mencari letak plang penunjuk keberadaan masjid ini. Perlu 2 kali lewat sebelum menemukan plang itu.. hmm.. ternyata selisih 10 meter sebelah utara dari STBA Bandung atau seberang RS Advent (perlu diketahui bahwa bablas sedikit saja di Cihampelas nan ramai dan searah itu, berarti Anda harus mengulangi dari awal lagi untuk menyusuri). 😀

Setelah mengetahui letak masjid tersebut, saya menyadari bahwa masjid ini tak terlampau jauh untuk dicapai dengan berjalan kaki dari kosan. Well, malamnya saat berangkat tarawih di masjid ini, cukup berjalan menyusuri Gang Taman Hewan dan belakang Cihampelas Walk untuk mencapai lokasinya.

**

Sampai di masjid menjelang adzan Isya, saya mencoba mencari hal klasik apa yang masih ada di masjid berpredikat tertua ini. Masjid mungil yang mungkin punya ornamen dengan nilai sejarah yang spesial. Sayangnya hal itu tidak saya jumpai, atau lebih tepatnya tidak saya temukan. Dari luar, masjid kecil ini terlihat seperti masjid pada umumnya. Sedangkan interior dalam, wah sudah jadi modern semua. Lantai kayu, mimbar marmer. Tidak ada unsur klasik yang saya temukan. Yah, mungkin memang saya dan teman saya (kami ke sana berdua) saja yang tidak menemukan..

Lanjut untuk sholat Isya dan tarawih. Hmm.. ada yang menarik saat tarawih malam ini,, bacaan imamnya.. wow,, ekspres banget. Terutama waktu tarawih. Entah mengejar segera mau tirakatan dirgahayu kemerdekaan Indonesia, tuntutan menyelesaikan 23 rekaat dengan cepat atau bagaimana,, yang jelas, bacaan jadi terdengar diseret (jadi kurang nyaman dengarnya) dan durasi tahiyat akhir bahkan sudah selesai saat belum sampai mengucap syahadatain. Menarik dalam sisi yang negatif kalau ini mah. Ditambah lagi, dengan alasan yang juga tidak saya tahu, tidak ada khutbah tarawih malam ini. Jadi, saya tidak bisa menyampaikan isi khutbah. Mungkin saya jadi berhutang 1 post sebagai pengganti khutbah tarawih malam ini… Hmm…

Masjid tertua.. Masjid tertua..

===

sumber info terkait: http://www.pikiran-rakyat.com/node/96502

Tarawih 17- Masjid Salman ITB

Malam 17 Ramadhan… Malam 17 Agustus.. Saatnya tirakatan Nyalman lagi. Selepas aktivitas kampus yang cukup padat sampai Maghrib di hari Selasa, waktunya refresh hati dan pikiran dengan ibadah di Masjid Salman.

Khutbah pada malam hari ini dibawakan oleh Dr.Yazid Bindar, wakil dekan bidang sumber daya FTI (Fakultas Teknologi Industri) ITB. Di sini baru saya tahu kalau selain beberapa pembina Salman menjadi Dekan ITB, wakil-wakil Dekan pun banyak diisi “orang Salman”. Subhanallah. Semoga dengan begitu, kampus Ganesha ini kian bergerak menuju kampus madani.

**

Khutbah tarawih malam ini membahas mengenai rezeki. Allah yang menciptakan seluruh makhluk hidup. Allah pula yang memberinya rezeki. Allah mengatur rezeki sesuai kehendak-Nya. Bagi manusia, rezeki ini akan diberikan sesuai kadar usaha masing-masing

Terkait rezeki, ada 4 bagian yang bisa kita kejar:

Pertama, infrastruktur rezeki sudah ditetapkan Allah untuk manusia.

Kedua, bagaimana kita berikhtiar untuk memperoleh rezeki.

Ketiga, bagaimana kita melakukan pengelolaan terhadap rezeki.

Dan keempat, bagaimana kita menggunakan rezeki dengan penuh tanggung jawab serta menyadari bahwa terdapat hak/bagian orang lain dalam rezeki yang kita peroleh.

Keempat bagian di atas hanya kita sendiri yang bisa merenungi capaian masing-masing. Sudahkah berikhtiar dengan maksimal? Sudahkah mengelola rezeki dengan baik? sudahkah kita membagi rezeki untuk orang lain?

Di bulan Ramadhan ini, hendaknya kita bisa menyadari betapa besar rezeki, betapa besar nikmat yang diberikan Allah SWT. Dan mestinya kita terus bersyukur dan bersyukur. Cara bersyukur tentu tak hanya sekedar ucapan, tapi dengan menggunakan rezeki sebaik mungkin dalam balutan ketaqwaan dan mengharap ridho Allah SWT.

Semoga kita termasuk orang yang bersyukur dan senantiasa bisa memanfaatkan rezeki di jalan Allah.

Bismillahirrahmanirrahiim…