Malam 20 Ramadhan… Sang waktu kembali berlalu dengan begitu cepat. Tak terasa bulan suci Ramadhan 1432 H ini tinggal 10 hari lagi. Ini berarti telah sampailah kita pada sepertiga terakhir. Sepertiga akhir yang merupakan saat-saat yang penuh keutamaan , saat melimpahnya pahala dan ampunan, serta saat yang di dalamnya ada malam lailatul qadar. Tentu kita semua sangat berharap bisa merasakan Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Rasulullah SAW memberi contoh kepada kita untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani sepertiga akhir Ramadhan, di mana beliau pun menghidupkan dengan amalan-amalan yang melebihi waktu lainnya.
Ummul mu’minin Aisyah r.a. berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (H.R. Muslim)
Aisyah r.a. juga mengatakan
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (H.R. Bukhari & Muslim)
Dan dari Ibnu Umar r.a. berkata
Rasulullah saw. biasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Seperti suri tauladan kita tersebut telah contohkan, maka sepertiga terakhir ini adalah saat untuk mengencangkan ibadah, saat untuk terus mendekatkan diri pada Allah SWT, saat untuk beri’tikaf.
Karena itu dalam tulisan ini saya akan menshare sebuah renungan, semoga kita bisa mengambil hikmah dan menjadi pengantar untuk beri’tikaf. Apa yang saya dapat ini adalah dari isi khutbah tarawih Bapak Samsul Basaruddin, pembina Masjid Salman. Judulnya: “Spektrum Bathin dan Pergolakan Qalbu”
***
Manusia, tidak dipungkiri tercipta sebagai makhluk paling mulia. Nah, selain takdir sebagai makhluk dengan berbagai keutamaan (sebagai khalifah di muka bumi, cenderung pada kebaikan, dll), banyak pula sebenarnya takdir negatif yang melekat dalam diri manusia. Di dalam khutbah ini, dibahas dari sisi Qalbun yang terdapat di dalam manusia, sesuatu yang tidak stabil, mudah berubah. Qalbun ini menjadi pusat kesadaran akan keberadaan kita. Spektrum bathin dan gejolak qalbu inilah yang mesti kita olah sebaik mungkin.
Kita mungkin saja berada pada wilayah “medan malaikat super” yakni 100% taat kepada Allah SWT, atau (naudzubillah) berada pada wilayah “medan iblis super” yakni terbiasa membangkang akan perintah Allah SWT.
Kita bahas dulu dari medan iblis super, sebagai perenungan apakah selama ini kita cenderung pada sifat-sifat yang buruk. Iblis, sebenarnya dosanya 1: sombong/arogan. Ia terlampau sombong untuk sujud kepada Adam a.s., sebagaimana dalam QS Al-A’raaf:12 dan QS Shaad: 75-76 berikut



Karena itu, sifat yang mengawali keburukan adalah kesombongan/arogan, disebut kompleks Jub-Bir-Riya’. Sifat awal ini dapat mendorong Pancasesat (5 hal yang menyesatkan). Pertama, adalah sifat Dho’ifa (lemah pendirian), sebagaimana QS An-Nisaa:28

Setelah lemah pendirian, selanjutnya manusia terbawa dalam sifat Halu’a (gelisah) sebagaimana QS Al-Ma’arij:19

Kegelisahan tersebut membuat salah dalam pengambilan keputusan. Manusia menjadi ‘Ajula (tergesa-gesa), dijelaskan dalam QS Al-Israa’:11 dan Al-Anbiyaa’: 37


Buntut dari pengambilan keputusan yang tergesa-gesa ini, manusia menjadi Jazu’a (berkeluh kesah) saat ditimpa cobaan seperti dijelaskan dalam QS Al-Ma’arij:20, dan ini mendorong pada Kompleks Qabili (QS Al-Ma’idah: 27-31)

Sebaliknya saat diberi kenikmatan yang banyak, manusia menjadi Manu’a (egois/kikir) seperti dalam QS Al-Ma’arij:21 dan ini mendoorng pada kompleks Qaruni & Hamani (QS Al-Qasash: 76-82, QS Al-Mu’miin: 21-37)

Tentunya kita tidak mau terbawa oleh sifat-sifat yang berada dalam wilayah “medan iblis super” ini. Semakin kesombongan dan pancasesat menguasai Qolbun kita, maka “semakin iblislah” kita. Naudzubillahi min dzalik.
Karena itu mari bersama kita renungkan apa yang telah kita perbuat. Hanya kita sendiri dan Allah SWT yang tahu. Terlebih mari kita renungkan saat masa-masa i’tikaf di sepertiga akhir Ramadhan ini. Semoga kita terus terbimbing untuk jadi lebih baik
Bismillahirrahmanirrahiim…