Malam 24 Ramadhan… Kembali sholat tarawih di Masjid Salman. Sedihnya, kemungkinan besar ini adalah malam terakhir saya bertarawih dan tilawah di Salman untuk Ramadhan tahun ini (hikz..). Semoga masih diberi banyak kesempatan Nyalman di Ramadhan tahun-tahun berikutnya, dengan “the better of me” tentunya (amiin..aminn..amiin). Kabar baiknya, saya sadar bahwa besok sudah pulang kampung (yuhu..), bisa beribadah lagi dengan Bunda, Bapak dan Adik tercinta..
Khutbah malam ini dibawakan oleh Pak Asep Zaenal Ausop, ustad yang kebetulan saya pernah jadi mahasiswa beliau di mata kuliah Agama dan Etika Islam. Selalu asyik kalau beliau membawakan ceramah, tak terkecuali hari ini. Nice.
**
Dalam khutbah tarawih malam hari ini, khotib menyampaikan mengenai nikmat-nikmat lain dari shaum, yang secara terselip sangat bermanfaat bagi diri walau mungkin kita sendiri jarang menyadarinya. Nikmat lain apa sajakah itu? Langsung saja…
Pertama, shaum Ramadhan ini menjadikan kita lebih dekat dengan makanan Halalan Thoyiban. Makanan yang halal dan sehat. Jadi kalau selama ini semua jenis makanan, baik halal maupun haram, menyehatkan atau bikin sakit, beredar dengan bebasnya. Saat Ramadhan, makanan yang dijajakan secara tak langsung berstatus halal dan thoyib. Seakan ada kontrol tersendiri terhadap makanan yang beredar. Kurma yang penuh khasiat itu juga bisa kita dapat dengan mudah. Oke nih, banyak makanan halalan thoyiban. Tapi, kalau kita ga punya kontrol dalam makan (misal selepas buka, langsung aja sikat banyak makanan) yah jadi ga thoyib juga… Hmm…
Kedua, saat shaum ini berlangsung proses detoksinasi tubuh dan jiwa kita. Apa itu detoksinasi? Yuph, pembersihan racun. Baik langsung yang secara ilmiah berada dalam tubuh hilang, juga melenyapkan penyakit-penyakit hati (hasad, dengki, iri hati, kikir, dll). Jadi shaum sebenarnya juga bagian “gaya hidup sehat”. Tapi bener nih kita sudah berusaha melenyapkan racun tubuh dan jiwa? Kalau tiap hari masih memberi racun tubuh (makan tanpa kontrol selepas buka) dan penyakit hati (masih sering emosi dan mengumpat misalnya), proses detoksifikasinya bakal lancar ga tuh? Ehem…
Ketiga, shaum menciptakan kebiasaan (habit) yang baik bagi kita. Dengan shaum, kita dilatih untuk menahan emosi, berdisiplin, semangat berbagi, dan hal baik lainnya. Konon, habit baru akan terbentuk dengan melakukan kegiatan yang sama selama minimal 3 minggu. Nah, shaum Ramadhan kan 1 bulan. Kalau kita merasa belum terbentuk habit baiknya, masih ada evaluasi tambahan dengan puasa 6 hari Syawal. Siap dengan habit yang baik? Insya Allah siap tentunya ya.. 😀
Keempat, ada malam lailatul qadr di 10 hari terakhir Ramadhan. Di malam yang lebih dari 1000 bulan ini, jutaan malaikat turun ke bumi. Pintu cahaya Allah SWT terbuka selebar-lebarnya. Malam itu juga merupakan malam taqdir, mungkin saja kita terbimbing jadi jauh lebih baik atau malah sebaliknya karena terbiasa tak memanfaatkan kesempatan. Dengan i’tikaf dan meningkatkan amalan, harapannya taqdir kita jadi lebih dan lebih baik.
Itulah kenikmatan-kenikmatan lain dari ibadah shaum nan luar biasa. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan manfaat.
Bismillahirrahmanirrahiim…