Orang Berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak keruh menggenang
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
Jika di dalam hutan
(Imam Syafi’i)
**
Syair dari ulama besar nan luar biasa. Membacanya dapat membuat semangat ini meletup-letup. Terlebih sebagai anak rantau di tanah rantau ini. Sudah masuk tahun keempat. Ya, ternyata sudah cukup lama saya merantau.
Tapi yang harus dicetak tebal dari syair di atas, merantau bukanlah poin tunggal untuk meningkatkan ilmu dan adab. Tapi: Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Sungguh, poin inilah yang utama. BERLELAH-LELAH BERJUANG. Merantau niscaya hanya salah satu bentuk perjuangan. Dalam prosesnya masih banyak hal-hal yang mesti gigih diperjuangkan untuk merasakan manisnya hidup.
Tahun keempat perkuliahan, banyak pelajaran yang mesti diingat dan diserap lagi. Pun penelitian yang bukan sekedar lewat demi sebuah gelar. Perjuangan. Harus siap berlelah-lelah.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Bismillahirrahmanirrahiim…
(credit to: A.Fuadi, penulis buku best seller “Negeri 5 Menara” yang telah banyak menginspirasi)
Ya Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Insya Allah manisnya hidup akan terasa setelah berjuang. Amin3.
Sukses selalu mas..semangat dalam menggapai cita-citamu..semoga berhasil..SUKSES DUNIA & AKHIRAT..amien