Jejak Umroh: Cahaya Jiwa di Masjid Nabawi

Gerimis hampir tak pernah datang di tanah Saudi. Tapi di siang itu, suasana gerimis terasa sungguh. Bukan dari langit, melainkan apa yang dirasa di hati. Deskripsi indah yang disampaikan Ustad Salim A Fillah, pembimbing umroh ini,  benar-benar menyentuh dan tanpa terasa air mata mengalir di pipi. Karena gambaran itu terkait pusat kota Madinah yang baru saja kami lihat di seberang, ya kami baru saja sampai di pusat kota Madinah kala itu. Jikalau tersebut pusat kota Madinah maka semua orang pasti paham, yang dimaksud tak lain tak bukan masjid di seberang itu, Masjid Nabawi.

Tersebutlah di hari Rasulullah baru tiba selepas hijrah dari Mekkah dengan bijak membiarkan sang unta kesayangan, Al Qashwa, untuk berjalan sekehendaknya. Tempat sang unta berhenti akan dibangunkan masjid. Akhirnya sang unta berhenti dan lokasi itulah tempat berdiri Masjid Nabawi ini. Tak lebih dari 50 x 50 meter masjid itu dibangun. Tapi sekarang, masjid yang indah dan luas telah berdiri sedemikian megah. Area sholat mencapai 135.000 m2, bukankah itu perluasan yang sangat besar?

Tersebutlah bahwa Rasulullah dan para sahabat, sholat di masjid Nabawi yang alasnya pasir, atapnya adalah langit (alias tidak beratap), kalaupun sebagian sempat beratap, itu dari daun kurma. Tiangnya dari batang kurma. Listrik boro-boro ada di zaman itu, sehingga tanpa penerangan di malam hari. Sekarang, jangan tanya soal interior masjid. Kilauan tiang penyangga dan lampu berhiaskan marmer dan emas di dalam masjid serta lampu besar di pelataran masjid yang tak kalah terang membuat masjid ini secara fisik sangat-sangat bercahaya. Bukankah itu peningkatan yang sangat besar?

Tersebutlah bahwa Rasulullah memimpin sholat dengan jamaah umat muslim yang masih dalam bilangan ratusan. Sekarang, jutaan orang dari seantero dunia berbondong-bondong sholat di masjid ini setiap harinya. Bukankah itu peningkatan yang sangat besar?

Bahwa Islam yang besar, yang luas, yang bercahaya, yang merupakan rahmat bagi semesta alam, mendapatkan titik balik menuju kejayaan diawali dari Masjid Nabawi ini. Masjid sederhana yang tiap harinya berkumandang adzan merdu Bilal bin Rabah, lantunan ayat Rasulullah memimpin sholat dan tentunya tilawah para sahabat. Di Masjid ini. Di masjid ini. Subhanallah

*menulis sambil membayangkan saat pertama banget saya melihat Nabawi langsung dengan mata kepala sendiri, air mata menetes kembali*

Kalau udah begini, saatnya mentadaburi AlQuran surat 110. surat apakah itu? Baca Selengkapnya