Uhud. Begitulah nama arsitektur alam berwarna kemerahan nan megah itu. Banyak yang menyebutnya gunung, tak sedikit pula mengucap bukit. Saya sendiri lebih condong menyebutnya sebagai bukit mengingat ketinggian “hanya” 1050 meter (atau ketinggian segitu udah bisa disebut gunung?). Aih, tak perlu berlama dengan perbedaan penyebutan yang sebenarnya ga jauh beda, karena disebut gimanapun, Uhud selalu bersikap sama
Sesungguhnya Uhud adalah satu gunung/bukit yang mencintai kami dan kami juga mencintainya (HR Bukhori- Muslim)
Inilah bukit penuh cinta. Begitu sabda Rasulullah SAW pada jabal gerbang menuju Madinah ini. Bukit yang dicintai penduduk Madinah karena kemegahannya dapat menghambat musuh menyerang langsung ke kota. Sebaliknya sang bukit mencintai para penduduk Madinah karena alunan dzikir yang tak henti, tak pernah membiarkannya seorang diri menyebut asma Allah. Agaknya sang bukit makin bersemu merah tatkala kata yang mirip namanya,”Ahad”, tersebut dalam jumlah tak terbilang tanda pengakuan keagungan Penciptanya Yang Maha Esa. Pun saat laku para pejuang yang terangkum dalam satu kata yang juga mirip namanya, “Jihad”.
Uhud, Ahad, Jihad.
Jabal Uhud. Kemegahannya dilihat dari arah Jabal Rumat
Pernah suatu ketika Uhud berguncang ketika 4 orang ahli surga datang. Tak lain saat Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman menaikinya. Sebelum Rasulullah menghentakkan kaki dan menenangkan Baca Selengkapnya