5 September 2013
Yeah. Sampai juga saya di kota destinasi terakhir Sulawesi Selatan Trip, Palopo. Jalan darat dari Watampone sampai sini benar-benar menguras energi. Tapi semangat jalan-jalan ria tidak boleh padam. Mandi dan rebahan sejenak, lalu mari kita keliling Palopo (alhamdulillah di kota ini klien menjamu dengan sangat ramah dan makmur. Hehe..)
Kota Palopo merupakan satu dari sedikit kotamadya di provinsi Sulawesi Selatan, di samping Makassar dan Pare-pare. Kondisi kotanya jelas lebih besar dan ramai dari Watampone. Hotel bagus berbintang sudah ada, apalagi Planet Surf :D. Kalau Watampone berafiliasi dengan Bone, maka Palopo identik dengan kerajaan Luwu. Dari kota di sela-sela kaki huruf K pulau Sulawesi ini terkenal kisah epik Bugis La Galigo, yang kemudian disematkan jadi nama museum budaya di Fort Rotterdam. Dari sini pula awal mula peradaban Islam di Sulawesi Selatan dimulai.
Setelah sejenak melihat Kota Palopo di malam hari, saatnya untuk mencoba kuliner khas sini..
Kapurung
Satu hal yang perlu diketahui dari warga Palopo, makanan utama mereka adalah sagu. Hmm.. mungkin fifty-fifty sama nasi sih ya. Tapi untuk masakan khasnya, berkenalanlah dengan yang satu ini.
Gambar diambil dari : http://liliestpx.wordpress.com/category/makanan-khas/
Tuh sagunya keliatan kenyil-kenyil. Dicampur dengan daun bayam (yang sekaligus menghadirkan warna kemerahan), irisan ayam serta ikan. Awalnya saya mengira sagunya manis seperti sagu campuran jenang, ternyata ga ada rasanya sama sekali. Harus langsung lhep kayak nasi. Sayur ama ikannya terasa enak sih, tapi lidah saya tampaknya masih butuh waktu untuk berkompromi dengan sagu. Berasa enek euy. Tapi tentunya itu selera masing-masing ya. Sip lah sudah pernah nyoba makanan yang dimakan dengan sagu 😀 Baca Selengkapnya