Gimana rasanya kalau kita baru asik-asiknya bermalam minggu ria, entah nonton TV bareng keluarga, kulineran, hangout bareng sobat, atau apel ke rumah pacar kayak ente punya aja terus tiba-tiba disuruh madamin lampu selama 1 jam lamanya?
Lampu? Ya, lampu. Stop penerangan. Gelap-gelapan
Sejam? Iya, cukup sejam doang di waktu primetime, 20.30-21.30. Sejam doang kok
Doang? Helloo.. yang bener aja, ini primetime malam minggu!
Sebagian (besar) orang, mematikan lampu 1 jam saja di Sabtu malam.. adalah disaster
**
Benar. Saya sedang membuka topik mengenai Earth Hour. Malam ini aksi massal untuk rame-rame memadamkan lampu secara massal dari jam 20.30-21.30 akan kembali dilakukan. Jakarta, kota domisili saya, akan bergabung bersama lebih dari 7000 kota di berbagai negara di seantero bumi untuk hal satu ini.
Penampakan kurang lebih bakal kayak gini :
Earth Hour ini menarik. Tak lain karena sifatnya yang mengajak untuk PEDULI. Bahwa udah begitu besar konsumsi listrik kita, dengan banyak di antaranya nyala untuk hal yang kurang produktif, tanpa sedikit pun upaya untuk menghemat. Juga buat masyarakat sadar tentang polusi cahaya di sekitar. Udah susah loh liat indahnya bintang di langit malam. Ini karena intensitas cahaya yang dipancarkan oleh alat elektronik buatan manusia (terutama industri) yang udah keterlaluan kuantitasnya.
PEDULI kalo kita semua, sadar atau ga sadar, udah bikin bumi ini udah makin ga sehat aja.
Earth Hour ini sendiri sifatnya ANJURAN. Tenang buat yang baru bermalam mingguan ria, aksi ini ga melobby PLN untuk serta merta mematikan listrik secara total di suatu daerah kok.
Yang jelas, kalau menurut saya, anjuran ini baik. Manusia, terutama yang sombong cem saya, seringkali ga nyadar dan acuh tak acuh pada sekitar. Langkah “menghilangkan” (dalam hal ini penggunaan lampu, secara sementara) bagus untuk menyadarkan bahwa kita punya bumi yang indah luar biasa untuk dijaga. Sepakat bukan kalau manusia lebih banyak belajar saat kehilangan?
Dan kita tentu pengen banget mengagumi langit malam nan unyu bertabur bintang (gambar kiri) dibanding terkurung dalam kota yang terjangkit polusi cahaya (gambar kanan)
Last, aksi ini ga bakal ngaruh hanya dalam 1 jam. Satu jam di malam minggu itu hanya simbolis aja. Selebihnya kita sendiri yang menentukan mau peduli apa engga ama bumi yang kita tinggali ini..
NB : Saya punya ide kalau gerakan simbolis selama satu jam ini ga cuma menganjurkan matiin lampu aja. Tapi juga mematikan telepon seluler kita dalam kurun waktu yang sama. Paling tidak, operator telekomunikasi mematikan layanan paket data (internet) nya. Kenapa? Walau saya juga bakal highly frustated dengan hal tsb (ga bisa ngeblog juga dong walau sementara, hehe) tapi kembali ke masalah PEDULI. Makin banyak dampak negatif ngetrennya hal-hal dunia maya sehingga orang-orang lupa akan pentingnya sosialisasi di dunia nyata. Jadi kalau dua hal (lampu, paket internet) dimatikan sementara, ada dua komponen pula yang diingatkan : PEDULI dengan BUMI sebagai tempat tinggal dan PEDULI pada ORANG LAIN di sekitar. Just an opinion 😀
Anyway, HAPPY EARTH HOUR!! 🙂
**
Jakarta, 29 Maret 2014. 21.00. Ditulis dalam kondisi lampu mati, pun ga ada perangkat yang sedang charging. tapi masih menyalakan kipas angin. Jakarta sumuk!!! :p
Kalau kami di Bali akan ada Earth Hour selama 24 jam hari senin nanti, Mas. Gak ada lampu, gak ada siaran TV, gak ada emisi kendaraan selama hari raya Nyepi nanti. Semoga bumi bisa bernafas lebih lega lagi.
Salam dari Bali 🙂
Aha, iya juga, lebih komplet. Selamat hari nyepi, mbak. Salam 🙂
He3. Ide yg bagus. Tp bgm bs nulis kl lampu mati? Pukul 21.00 lagi. Lha, ap keyboradnya kelihatan? He3.