Balada Singkat Menyingkat

Bila ada suatu kota yang sangat difavoritkan untuk menghabiskan weekend di negeri republik tercinta ini, kota itu tak lain adalah Bandung. Banyaknya pilihan kuliner, fashion, dan tempat hang out berpadu dengan udara nan menyejukkan. Pantaslah sebutan “kota kembang” karena aduhai cantiknya kota ini. Maka setelah bermacet ria di gerbang tol Pasteur yang sangat menyiksa, rasa capek akan segera hilang begitu menyusuri fly over Pasupati. Terlihatlah dari sana jajaran tempat-tempat yang akan memanjakan Anda. Mau hangout? ada CiWalk. Mau cari fashion? mangga mampir di factory outlet jalan Dago, kalau mau murah ya di Pasarbaru, atau kalau mau bikin sendiri, tinggal pesan di sekitaran jalan Suci. Mau kuliner? wah tinggal menyusuri Dago, Setiabudi, Paskal, dan banyak lagi…. dan banyak lagi….

**

Saya mau promosi kota Bandung ya? Ahaha… manaa ada. Walikotanya aja salah satu yang paling ngaco di Indonesia, ngapain saya bantu koar-koar. Paragraf di atas sekedar saya buat untuk mengawali asyik-asyikan sesuai judul: Balada Singkat Menyingkat.

Coba diperhatikan, kawanku.. Adakah persamaan dari kata-kata yang saya cetak tebal? Bila Anda pernah beberapa kali menyambangi Paris van Java, tentu langsung ngeh. Kata tersebut adalah singkatan-singkatan untuk memudahkan penyebutan.

  • Pasupati : Pasteur-Surapati; jalan layang ini emang menghubungkan jalan Pasteur langsung ke pusat kota Gazibu jalan Surapati
  • CiWalk : Cihampelas Walk; mall dengan konsep cozy abis dan salah satu yang paling ramai dikunjungi di Bandung.
  • Suci : Surapati-Cicaheum; jalan yang menghubungkan Surapati dan salah satu terminal utama Bandung, terminal Cicaheum.
  • Paskal : Pasirkaliki. Daerah di dekat stasiun Hall. Ada Paskal Hypersquare yang menawarkan banyak pilihan kuliner.

Adakah yang lain, teman-teman yang dari Bandung? Kircon, Gatsu, lainnya?

Hmmm… orang Bandung suka singkat menyingkat yah…

Eh eh, itu belum plus fakta makanan khas di sana juga banyak disingkat lhoo.. Ini contohnya: batagor (bakso tahu goreng), sukro (suuk di jero: kacang di dalam), cireng (aci digoreng: kanji digoreng). Baca Selengkapnya

New City, New Life

Blogging lagi, kawan… Pas sebulan vakum dari postingan baru… hehe..

Tak terasa waktu-waktu indah tinggal di Bandung sudah habis. Empat tahun yang mengesankan.

Masa-masa kuliah yang banyak naasnya tapi asik, udara nan sejuk nyaman banget buat nempel di kasur, kuliner yang super enyaak bikin ga papa lah hedon dikit, ketemu buanyak orang luar biasaaa.. dan…

Oh Friends, I really love this city!!

Ga cukup pokoknya mendiskripsikan betapa saya sangat mencintai kota ini. As lovely as my hometown bahkan. Mungkin suatu saat saya bakal kembali hidup lama di Kota Kembang lagi, bangun rumah dan menikmati lagi semua keindahannya.

Tapi biarkan roda waktu berputar dengan gemulai..

Kini hidup baru dimulai..di kota baru..

Preferensi untuk bekerja yang melebihi hasrat berbisnis membuat saya harus bertekad menaklukkan kota kawah candradimuka dunia kerja. Kota nan super keras untuk hidup di dalamnya, padat luar biasa, udara panas dan polusi, keluhan dan frustasi di sepanjang jalan.. and you know very well where it is..

Apakah saya bakal cepat beradaptasi?

Atau justru segera bergabung dengan para pengumpat kehidupan di sini?

Well, saya ga begitu peduli dengan kata orang tentang kota ini. Bagi seorang traveller, kota baru itu adventure baru, excitement baru, object to be explored baru.. Entah ya sampai berapa lama saya bakal excited.. tapi saya setuju dengan yang dibilang Jason Mraz di lagunya 93 Million Miles,

If you do it right, you’ll love where you are

Here I comes, JAKARTA…

jakarta panorama

New City, New Life..

Bismillah 🙂

Wisata Kuliner Bandung: Le Bistrot Prancis

Long weekend! Saatnya untuk wisata kuliner! Hoho..

Sebenarnya saya bukan orang yang wiskul-holic. Semenjak jadi anak kos, suka makan sih iya. Pengen makan enak, pasti. Tapi kantong yang kembang kempis membuat seringkali bisanya “hanya lewat” saat menyusuri jalan depan deretan tempat kuliner unggulan di Bandung. Pengennya sih cobain semuanya dan semaunya, namun apa daya…

Tapi tunggu dulu.. Bukan anak kos sejati kalau belum bisa memanage uang jajan. Dengan beberapa cara manjur, seperti puasa Senin Kamis dan ga usah punya pacar (hehe.. becanda), keinginan untuk wisata kuliner pun bisa terpenuhi. Jelas ga bisa sering-sering, but lumayan lah dapet pengalaman berkuliner ria di kota Bandung yang notabene salah satu surga kuliner tanah air 🙂

Wisata kuliner kali ini, saya menyambangi Le Bistrot (baca: le bistro). Nama yang tak biasa? Jelas lah ya. Karena nama itu dari bahasa Prancis. Kalo di negeri asalnya sono, Le Bistrot biasa mengacu pada kedai atau kafe kecil. Kafe Le Bistrot ini menyatu dengan gedung Pusat Kebudayan Prancis di Bandung (dulu CCF, sekarang IFI) yang terletak di depan BEC (Bandung Elektronic Centre), jadi walau kecil ga susah lah ya mencarinya. Kenapa kami (oya, saya bersama 2 sahabat saya) ingin mengunjungi kedai Le Bistrot ini? Tak lain tak bukan karena rasa exciting akan Perancis dan Eropa. Karena belum bisa ke sana saat ini, yawda lah ya cobain dulu dari kedai Perancis yang ada di Bandung sini. Baca Selengkapnya

Pengalaman Mengurus Paspor (Bandung)

Minggu ini, karena masa perkuliahan semester 7 sudah usai dan tinggal menyisakan 2 ujian dan 1 seminar Kerja Praktek (KP), saya akhirnya berkesempatan juga untuk membuat PASPOR. Mau ke luar negeri manakah saya? Hmm.. Saya sendiri juga belum tau pasti, meski tentu punya plan tersendiri. Yang jelas saya sangat terinspirasi oleh tulisan pak Rhenald Kasali tentang paspor, “surat ijin memasuki dunia global” (bisa dibaca di sini). Yuph, semoga dengan mulai memiliki paspor, gerbang global itu mulai terbuka.. 🙂

Oke, langsung lanjut aja ke cerita pengalaman mengurus paspor.. disusun berdasar timeline.. Baca lebih lanjut

Tarawih 18- Masjid Mungsolkanas

Malam 18 Ramadhan.. Kali ini “wisata religi” berlanjut ke Masjid Mungsolkanas. Terpikir untuk sholat di sini karena melihat selebaran di Salman mengenai paket wisata ruhani napak tilas 3 masjid saksi bisu perkembangan Islam di Bandung: Masjid Mungsolkanas, Masjid Cipaganti, dan Masjid Agung Bandung. Dua masjid yang disebut terakhir telah saya kunjungi (ada di tulisan tarawih 2 dan tarawih 11). Nah, masjid yang disebut pertama ini yang masih membuat penasaran.

Hunting info mengenai Masjid Mursolkanas pun dilakukan. Ternyata eh ternyata, masjid ini merupakan masjid tertua di kota Bandung! Konon, masjid ini telah berdiri sejak 1869, walaupun tidak ada literatur resmi yang membahas masjid ini. Walau banyak diakui sebagai salah satu masjid tertua tapi masjid ini tidak masuk dalam bangunan cagar budaya kota Bandung. Tapi satu hal unik nan menarik bagi saya adalah nama masjid itu. Mungsolkanas, artinya apa ya? Dan saat tahu infonya, owalah ternyata singkatan toh: “Mangga urang ngaos sholawat ka Kanjeng Nabi SAW” (mari kita bersholawat pada Rasulullah SAW). Wew,,,,ada aja… dan alasan itulah yang membuat tetap tertarik untuk berkunjung.

Nah, untuk mencari letak masjid ini ternyata tidak cukup mudah. Walau beralamat di jalan Cihampelas, salah satu jalan paling masyhur di kota Bandung, tapi keberadaannya yang masuk gang (Gg.Mama Winata) dan tidak dilengkapi plang penunjuk yang memadai, membuat saya sempat bingung juga. Jalan Cihampelas yang hanya “selemparan batu” dari kampus saya susuri dengan sepeda motor untuk mencari letak plang penunjuk keberadaan masjid ini. Perlu 2 kali lewat sebelum menemukan plang itu.. hmm.. ternyata selisih 10 meter sebelah utara dari STBA Bandung atau seberang RS Advent (perlu diketahui bahwa bablas sedikit saja di Cihampelas nan ramai dan searah itu, berarti Anda harus mengulangi dari awal lagi untuk menyusuri). 😀

Setelah mengetahui letak masjid tersebut, saya menyadari bahwa masjid ini tak terlampau jauh untuk dicapai dengan berjalan kaki dari kosan. Well, malamnya saat berangkat tarawih di masjid ini, cukup berjalan menyusuri Gang Taman Hewan dan belakang Cihampelas Walk untuk mencapai lokasinya.

**

Sampai di masjid menjelang adzan Isya, saya mencoba mencari hal klasik apa yang masih ada di masjid berpredikat tertua ini. Masjid mungil yang mungkin punya ornamen dengan nilai sejarah yang spesial. Sayangnya hal itu tidak saya jumpai, atau lebih tepatnya tidak saya temukan. Dari luar, masjid kecil ini terlihat seperti masjid pada umumnya. Sedangkan interior dalam, wah sudah jadi modern semua. Lantai kayu, mimbar marmer. Tidak ada unsur klasik yang saya temukan. Yah, mungkin memang saya dan teman saya (kami ke sana berdua) saja yang tidak menemukan..

Lanjut untuk sholat Isya dan tarawih. Hmm.. ada yang menarik saat tarawih malam ini,, bacaan imamnya.. wow,, ekspres banget. Terutama waktu tarawih. Entah mengejar segera mau tirakatan dirgahayu kemerdekaan Indonesia, tuntutan menyelesaikan 23 rekaat dengan cepat atau bagaimana,, yang jelas, bacaan jadi terdengar diseret (jadi kurang nyaman dengarnya) dan durasi tahiyat akhir bahkan sudah selesai saat belum sampai mengucap syahadatain. Menarik dalam sisi yang negatif kalau ini mah. Ditambah lagi, dengan alasan yang juga tidak saya tahu, tidak ada khutbah tarawih malam ini. Jadi, saya tidak bisa menyampaikan isi khutbah. Mungkin saya jadi berhutang 1 post sebagai pengganti khutbah tarawih malam ini… Hmm…

Masjid tertua.. Masjid tertua..

===

sumber info terkait: http://www.pikiran-rakyat.com/node/96502

Tarawih 6- Masjid Istiqomah Taman Citarum

Malam 6 Ramadhan, agenda tarawih kali ini menuju ke Masjid Istiqomah di jalan Taman Citarum Bandung. Sebenarnya niat awal mau ke Masjid PUSDAI, tapi karena Ramadhan tahun lalu belum pernah ke Masjid Istiqomah, jadilah destinasi berbelok ke masjid ini. Masjid megah ini punya arsitektur yang mirip-mirip dengan Salman. Dengan lantai kayu nan hangat dan ketiadaan tiang penyangga. Secara umum nyaman juga sholat di masjid ini, walau tetap Salman punya nilai plus lebih dalam hal kerapatan dan kuantitas jamaah serta keindahan bacaan sholat. Hal untuk lagi yang saya jumpai di masjid Istiqomah malam ini adalah format tarawihnya 4-4-3 (11 rakaat), pertama kali dalam tarawih keliling Ramadhan kali ini karena di masjid-masjid sebelumnya biasa 2 rakaat salam. 🙂

         

**

Khotbah tarawih malam ini mengenai Rahmat Allah SWT. Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh rahmat sehingga tidak habis-habisnya topik ini dibahas. Dan ketika mendengar frase “Rahmat Allah SWT” maka semestinya yang berada dalam pikiran dan hati kita adalah rasa syukur, mengingat rahmat yang begitu besar dari-Nya. Dan juga dalam bulan penuh kemuliaan ini, tak ada salahnya kita meminta (berdoa) lebih banyak untuk rahmat dan ridho Allah SWT.

Ada 3 golongan yang tidak ditolak doa mereka, yakni orang yang shaum hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi (HR Tirmidzi)

Untuk mendapat rahmat dan ridho Allah SWT caranya adalah beriman, beramal dan berjihad. Dalam bulan Ramadhan ini, dalam proses menuju ketakwaan, maka mari kita tingkatkan kekokohan iman kita, memperbanyak amalan sholeh dan berjihad fisabilillah.

Bismillahirrahmanirrahiim…

Kontradiksi Perjalanan Jakarta-Bandung

Beberapa hari yang lalu saya pulang menuju Bandung dari ibukota negara, Jakarta. Itu untuk kedua kalinya saya menjalani perjalanan Jakarta-Bandung selama libur kuliah kemarin. Yang pertama, saat awal liburan. Kebetulan, perjalanan itu ditempuh dengan transportasi yang sama, yakni mobil travel. Karena om saya sudah jadi member perusahaan jasa travel, jadi saya dipesankan tempat duduk di jasa travel tersebut. Di Jakarta-Bandung model jasanya berbeda dengan di daerah (Solo misalnya) yang penumpangnya bakal dijemput di rumah. Saya harus datang ke pool, untungnya sih lumayan dekat (Jakartanya di Jatiwaringin, pool Bandung di Cihampelas), jadi it’s okay lah.

Nah, ada cerita menarik dari dua perjalanan yang jarak waktunya cukup berdekatan (1 bulan) itu… Hal yang bertolak belakang….

Ini nih ceritanya…

Perjalanan 1

Jadwal berangkat jam 20.30. Sampai di pool jam 20.20. Penjaganya ramah, cepat mengecek reservasi, dan saat saya hendak membeli minuman bekal di jalan, eh diberi air putih. Katanya itu memang bonusnya. Oke, makasih Pak. Waktu keberangkatan tiba, penumpang segara naik di mobil travel yang dari luar kelihatan nyaman. Ternyata bagaimana dalamnya?

Eksekutif!! Yuph, kursi travel ini benar-benar mantap, dingin-dingin empuk. AC berjalan normal. Tempat untuk kaki lumayan longgar. Perjalanan pun terasa nyaman. Poin plus lain, mobil ini melaju dengan kecepatan sebagaimana mestinya di jalan tol. Waktu 2 jam pun sudah cukup untuk mencapai pool terakhir di Cihampelas. Saya turun di depan jalan Pelesiran untuk kemudian jalan kaki menuju kos. Jalan kaki terasa oke-oke aja karena selama perjalanan relax.

Perjalanan 2

Jadwal berangkat jam 14.30. Sampai di pool persis dengan sebelumnya jam 14.15. Kontradiksi dimulai. Penjaga pool orangnya judes (ga tau apa tuh apa gajinya belum dibayar), dan pakai lama waktu mengecek reservasi. Bonus air putih? nope. Hmm.. daripada suudzon bonusnya buat si penjaga, mending positive thinking aja siapa tahu di balik pelayanan yang kurang menyenangkan di pool, justru di dalam mobilnya sangat menyenangkan. Waktu berangkat tiba. Mobil yang mau dipakai dari luar kelihatan nyaman juga nih. Nah, bagaimanakah kenyataannya di dalam mobil?

Ekonomi!! What? Bayaran sama.. kenapa isinya bisa sangat berbeda seperti ini. Lengkap banget deh ke-ekonomi-annya. Kursinya keras. Model dan baunya, ya sama dengan mobil produksi 1990. AC yang jadi elemen penting perjalanan di siang hari, eh ga beres. Bahkan ada di atap mobil belakang yang sangat keras (seperti kipas rusak). Mau menikmati perjalanan ga nyaman, mau tidur terganggu. Belum berhenti di situ. Pak sopir, entah mau menghemat BBM atau kenapa, melajukan mobil travel ini di lajur kiri (biasa untuk truk gandeng) dengan kecepatan, yah seperti mobil ini ada tulisan “belajar nyetir” di belakangnya.. Hmm.. waktu tempuh yang bisa 2 jam (kalau jalan normal di tol) pun jadi 3 jam walau tidak terjebak macet. Hilang waktu 1 jam deh. Hmmm…  Saat tiba di depan jalan Pelesiran dan harus jalan kaki pun, terasa berat karena dongkol dan perjalanan yang sama sekali uncomfortable.

Begitulah kontradiksinya.. Sebuah jasa, setepercaya apapun, pasti mungkin terjadi kontradiksi seperti itu.. sesekali mungkin mengeluh seperti saya ya (hehe..). Selanjutnya naik apapun, pake jasa apapun, nikmati aja.. Yang penting selamat sampai tujuan