Aklimatisasi

Yak berawal dari beberapa link yang berseliweran di dunia maya tentang film Everest (rilis akhir September 2015 kemarin), saya jadi cukup banyak baca tentang pendakian Gunung Everest, sang gunung tertinggi di dunia (8848 meter, wew). Sangat menarik emang mengikuti perjalanan orang-orang yang antusias akan penaklukan. Bukan dan tentu saja bukan untuk kita men-copy paste langkah mereka di jalan yang kita tempuh. We have our own path. Tapi ada banyak hal prinsip baik yang bisa diambil pelajaran untuk menguatkan tekad kita. Ini salah satunya,

conquer everest

Sir Edmund Hillary, pendaki asal Selandia Baru, tercatat sebagai manusia pertama yang mencapai puncak Everest (di tahun 1953! bayangin taun segitu bantuan teknologi masih minim banget). Berhasil dalam percobaan pertama? Ngarep apaaa.. This is Everest! Tapi Sir Edmund bilang gini,

I will come again and conquer you because as a mountain you can’t grow. But as human, I can

Menarik, bukan?

Parahnya karena kebanyakan baca link tentang pendakian Everest, saya ga sengaja baca 1996 Everest Disaster yang ternyata jadi kisah yang diangkat dalam film “Everest”. Sedikit banyak ter-spoiler karena tau mana tokoh yang bakal mati dan mana yang survive, padahal belum nonton filmnya. Arghhh….

Aklimatisasi

Oh, kembali ke judul. Aklimatisasi. Apa itu? Proses penyesuaian diri individu terhadap kondisi lingkungan baru yang beda dengan “habitat” asalnya. Mirip dengan adaptasi? Emang hampir sama sih, tapi adaptasi lebih ke penyesuaian untuk kelangsungan hidup individu di habitat tertentu, prosesnya cenderung lebih panjang (CMIIW). Baca Selengkapnya

Paris Trip : Arc de Triomphe sampai Louvre

All Good Stories Deserve Embellishment

Merasa familiar dengan quote di atas? Bagi yang suka nonton movie The Hobbit mestinya ngeh dengan kata bijak yang diucapkan mbah Gandalf the Grey saat Bilbo Baggins ‘protes’ tentang cerita beliau yang terkesan dimodif lebih baik dari aslinya.

Tapi memang, tiap cerita yang baik (yang mengandung hikmah dan inspirasi) memang pantas untuk di-embellish. Dibubuhi sedemikian rupa jadi makin cantik dan pantas diceritakan.

Pun demikian yang dilakukan Napoleon Bonaparte, jenderal perang terbesar Perancis (arguably salah satu yang terbaik di Eropa), pada ibukota negaranya, Paris. Dibangunlah sumbu historis yang terdiri dari bangunan-bangunan penting nan cantik, untuk merayakan kemenangannya.

Sumbu yang disebut Axe Historique untuk membentang lurus tak kurang dari 5 km, dan sampai saat ini masih saja membuat warga lokal maupun para pendatang terkagum-kagum. Bagaimana tidak, sumbu itu tersusun oleh La Defense (sentra bisnis Paris), Ar de Triomphe de L’Etoile (gapura kemenangan utama), Champs Elysses (salah satu jalan paling glamour di dunia), Obelisk Luxor (didatangkan langsung dari Mesir), Arc de Triomphe du Carrousel, sampai si beken Pyramide du Louvre.

Menyusuri Axe Historique merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan di Paris selain berkunjung ke Eiffel. Saya tak mau ketinggalan menyusuri tempat-tempat itu selama di Paris. Walaupun ga semua, tapi setidaknya udah liat mayoritas. Hehe.

Gimana suasana di sana dan apa WoW effectnya? Yuk ikutan jalan-jalan 🙂

Arc de Triomphe de L’Etoile

Biasa disebut “Arc de Triomphe” aja mengingat Arc yang satunya (Carrousel, yang deket Louvre) lebih kecil dan ramping, ga semegah Arc L’Etoile. Gapura kemenangan ini dibangun Napoleon untuk mengenang jasa para tentaranya. Ga heran banyak relief tentang perang-perang yang dihadapinya. Nama tempat terjadinya perang dan para pimpinan militer terukir pula di situ.

arc triomphe 1b

Saya mengunjungi Arc de Triomphe pas malam hari, saat sang gapura disoroti dengan lampu yang membuat makin gagah dan cakep klop lah sama saya. Simply karena ‘kesalahan teknis’ salah beli tiket metro yang sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Kebetulan pemberhentian metro dekat Arc de Triomphe  (stasiun metro Charles de Gaulle) se-line dengan penginapan saya, alhamdulillah jadi lancar deh jalan-jalan malamnya. Baca Selengkapnya

Like Singing a Song

Long Wiken dataang… Saatnya liburaaan…

Nah, harusnya kalau libur dari kerja, waktu untuk nulis blog jadi tambah banyak, postingan pun meningkat ya.. Sayang sekali itu tidak terjadi pada saya (huhu.. maaf Kawan..). Postingan malah ikut libur juga -__-. Sudah hattrick posting selepas rehat sebulan, eh mandeg lagi. Sejak hari Rabu malam, setelah pembicaraan seru tentang passion siang harinya, saya sudah bertekad bakal “melepas” tulisan di blog ini saban harinya. Tapi…

Kan.. tapi lagi.. Kawanku, sungguh saya tidak mau banyak alasan ketika berbuat salah. Tak apalah kalau karena ini saya dibilang plin plan, tidak konsisten. Tapi kalau boleh mengemukakan sedikit saja alasan, maka izinkanlah saya bilang bahwa modem internet saya sedang bermasalah (baik secara teknis maupun isi pulsa #eh).. so, hari-hari kemarin ga bisa ngeblog deh..

Lho bukannya bisa posting di warnet atau nyari Wi-Fi? Bukannya tinggal servis aja tuh modem atau isi ulang aja tuh pulsa? Well, makanya saya tidak mau berpanjang alasan, maaf, dan terima kasih masih nimbrung lagi di blog sederhana ini 🙂

**

Oke, saatnya bercerita lagi.. tentang inspirasi selama long wiken ini..

Hari Ahad (23 Desember 2012) lalu, saya randomly jalan-jalan di salah satu mall di bilangan Pondok Indah Jakarta bersama sahabat saya (bertele-tele amat sih, oke di PIM!). Mall ini cukup asyik buat hang out menurut saya, setidaknya dibanding Grand Indonesia, mall raksasa yang mbingungin itu. Sisi entertainment dan culinary-nya tertata dengan amat baik dan komplet. Jadi ga bosen deh keliling nih mall, padahal kalo dari ukurannya cukup gedhe juga lho (sampai dibagi jadi PIM 1 dan PIM 2).

Tak dinyana, kebetulan banget di sana saya berpapasan dengan kakak kelas saya selama di SMA (di ITB juga tapi beda fakultas). Mas yang legenda Smansa Cup ini, as always, menyapa dengan sangat bersahabat. Bisa yaa setelah terakhir ketemu terakhir di Bandung, sekarang ketemu lagi di satu titik sebuah mall dari sekian puluh mall di Jakarta..

Kami pun mengobrol hangat. Saya mengagumi mas yang satu ini, selain karena skill sepakbola (atau futsal)nya yang cihuy, keramahannya yang luar biasa, juga karena selepas lulus ia langsung dapet kerjaan yang konon dream job. Baca Selengkapnya

Visualize Our Dream!

Setiap orang berhak bermimpi. Dan setiap orang punya potensi besar untuk mewujudkan impiannya masing-masing.

Kita harus sepakat pada kalimat di atas. Ya, HARUS. Maka berkumpullah dengan orang-orang dekatmu, ceritakanlah impianmu dan dengarkan pulalah apa impian mereka. Jikalau engkau mendapati impian teman-temanmu berasa terlalu wah atau absurd, janganlah pernah sekalipun menertawakannya, merendahkan seakan yang diutarakan itu mustahil terjadi, dan membuat pesimis. Alih-alih begitu, mending beri mereka semangat dan bantuan sebisa kita, karena boleh jadi mereka jualah key player yang secara tidak langsung diamanahkan Allah SWT untuk membantu mewujudkan impian-impian kita. Pokoknya bersyukurlah kalau kita punya teman-teman yang punya impian besar.

Setelah itu, kembalilah pada mimpimu sendiri. Mimpi kita masing-masing. Sudah seberapa besar kita bermimpi? Setelah itu, apa yang sudah kita sibukkan untuk impian kita itu: sudah sibuk berusaha agar terwujud.. atau..  well, the absurd one,, kita justru menertawakan, merendahkan impian kita sendiri. Alih-alih memupuk harapan, justru rasa pesimis yang kita pelihara. “Rasanya koq ga mungkin ya kalo gini..”, “Mana bisa ane masih cupu gini..” bla..bla..bla..

Kenapa sih semangat kita dalam meraih mimpi bisa sebegitu down?

First, jelas karena kita kurang TINDAKAN. Terlalu banyak wasting time tapi kita baru nyadar.. seakan semua sudah serba terlambat.

Second, kita seringkali kurang VISUALISASI. Ketidakmampuan menggambarkan impian secara spesifik membuat impian itu mengawang-awang, terkesan tidak realistis dan makin absurd saja. Karena itu, di banyak buku motivasi kita disuruh menggambarkan apa sih yang sebenarnya kita inginkan, sedetail mungkin. Lalu menuliskan atau menggambarkannya di tempat yang sering kita lihat.. well motivated deh.

Gimana langkah detailnya? Duh. Saya juga baru belajar membuat visualisasi target-target saya agar makin jelas. Masih belajar. Tapi tak salahnya kan mengajak.. Yuk sama-sama…

Let’s visualize our dream!!