Ramadhan : Para Pemain Muslim dan Knock Out Piala Dunia 2014

Putaran final Piala Dunia 2014 sudah menyelesaikan seluruh pertandingan fase grup. Enam belas tim terbaik lolos ke babak knock out untuk saling beradu di pertandingan yang makin intens, makin seru. Enam kontingen Eropa (Belanda, Prancis, Jerman, Swiss, Yunani, Belgia), lima negara Amerika Latin (tuan rumah Brazil, Argentina, Chile, Uruguay, Kolombia), tiga timnas Amerika Utara-Tengah (Meksiko, AS, Kostarika) dan dua perwakilan Afrika (Aljazair dan Nigeria). Apakah jagoan Anda termasuk di dalamnya? Atau udah keok hayoo?

Piala Dunia tahun ini harus diakui cukup spesial. Semua yang dinantikan oleh kita-kita dari event olahraga paling populer di planet bumi ini telah muncul : hujan gol, banyak kontroversi, dan pastinya hasil-hasil nan penuh kejutan. Nah, nilai spesial itu akan bertambah di fase gugur mengingat di saat sama.. momen spesial.. Ramadhan.. tiba.

Lah apa hubungannya Ramadhan ama Piala Dunia?

Elah. Masih kaku aja. Kalau ramadhan kan jadi ada “alarm tambahan” buat nonton bola, kan mesti bangun sahur tuh. Ahaha.. Tentu saja bukan karena itu, kita sudah cukup dewasa akan tanggung jawab ibadah dan tuh page di facebook udah banyak bahas Ramadhan (kecuali teman Anda masih pada belum tobat dari spamming atribut-atribut kampanye.. hehe). Makanya ane bahas yang cukup unik aja deh. Tentang para pemain muslim yang mesti ber-Ramadhan saat bermain di Piala Dunia 2014 ini. Para pemain yang negaranya lolos ke 16 besar (knock out).

Pemain Muslim di Knock Out Piala Dunia 2014

Eh ada ya pemain muslim di Piala Dunia ini?

Subhanallah.. Islam sudah menyebar ke seluruh penjuru bumi. Apresiasi banget buat para pendakwah berhati mulia yang sudah secara langsung mewujudkan hal tersebut, ga kaya kita-kita yang inget rajin ibadah aja harus nunggu Ramadhan #eh

Well, semua perwakilan benua punya pemain muslim setidaknya satu.. bahkan ada dua negara yang dikapteni oleh seorang muslim. Siapa sajakah mereka?

moslem celebration

  • Brazil : Fred
  • Prancis : Bacary Sagna, Mamadou Sakho, Moussa Sissoko, Paul Pogba, Karim Benzema
  • Nigeria : Ahmed Musa, Ramon Azeez
  • Jerman : Shkodran Mustafi, Sami Khedira, Mesut Ozil
  • Aljazair : — semua pemain muslim —
  • Swiss : Philip Senderos, Valon Behrami, Blerim Dzemaili, Gokhan Inler (captain), Admir Mehmedi, Haris Seferovic, Granit Xhaka, Xherdan Shaqiri
  • Belgia : Nacer Chadli, Mousa Dembele, Marouanne Fellaini, Adnan Januzaj

Cukup banyak bukan? Kalau menghitung pemain yang berlaga di fase grup, akan lebih banyak lagi. Tapi atas nikmat Allah, para pemain dari Bosnia, Iran, Ghana dan Pantai Gading dipersilakan untuk Ramadhan di rumah bareng keluarga 😀

Ramadhan di Brazil

Brazil termasuk negara beriklim tropis sebagaimana Indonesia. Akan tetapi, karena letak geografisnya dari 6° LU – 34° LS, jadi iklimnya lebih variatif dibanding Indonesia (yang pure mengapit khatulistiwa, wilayah dari 6° LU – 11° LS). Brazil bagian utara akan menjalani waktu puasa yang sama persis dengan Indonesia, yakni 13 jam. Sedangkan Brazil bagian selatan akan menjalani waktu shaum yang lebih pendek, yakni 12 jam. Udah kaya di Australia.

Luckily, semua kota yang menggelar laga 16 besar dan fase berikutnya, semuanya berada di Brazil Selatan. Dijelaskan secara geografis sebagai berikut (yang dikotak ijo itu kota yang gelar pertandingan) :

brazil-map-equator

Masih ada satu kota, Fortaleza, yang akan menjalani puasa selama 13 jam. Yang lain cenderung 12 jam, dengan jadwal imsakiyah (saya ambil satu sampel untuk kota pemilik Maracana, Rio de Janeiro) berdasar IslamicFinder sebagai berikut :

jadwal imsakiyah brazil islamicfinder

Dari jam 5.15 – 5.20. Satu jam lebih pendek dibanding di Indonesia kan.. Jadi, kalau mau nonton Piala Dunia, mendingan nonton langsung dan shaum di sana deh, jangan cuma dari tipi (ga gitu juga keleus.. ahaha..)

Kiprah Mereka

Semangat menuju Ramadhan tampaknya membuat para pemain muslim bermain lebih baik dan memberi kontribusi cukup signifikan bagi negaranya. Karim Benzema memimpin barisan pemain muslim dengan penampilan paling mentereng sejauh ini. Tiga gol dan dua assist sudah dikemas untuk Prancis. Tak kalah ciamik adalah Xherdan Shaqiri yang mengantar Swiss menggunduli Honduras dengan hattrick nya.

Ahmed Musa dari Nigeria juga menarik perhatian dengan dua golnya ke gawang Argentina, pun sinar terang Islam Slimani yang mengantar Aljazair membuat sejarah dengan masuk 16 besar. Masih ada list muslim di daftar pencetak gol dan lolos ke knock out : Yacine Brahimi, Abdelmoumene Djabou, Sofiane Feghouli, Rafik Halliche, Moussa Sissoko, Blerim Džemaili dan Granit Xhaka.

Pemain cadangan berarti minim kontribusi? Tidak, kalau acuannya adalah Marouanne Fellaini, Admir Mehmedi dan Haris Seferovic. Mereka masuk di pertengahan babak kedua dan menjadi pengubah hasil pertandingan, tak kalah dari apa yang bisa diberikan oleh pemain utama.

Skhodran Mustafi, pemain imigran di tim Jerman, mungkin jadi pemain dengan doa paling mujarab. Bagaimana tidak, di friendly terakhir Marco Reus cedera, dia jadi dibawa ke Piala Dunia. Di laga awal Mats Hummels cedera, dia jadi dapat caps! Wow.. Positive thinking doanya bukan berharap rekannya cedera, tapi pure impian untuk bermain di Piala Dunia :v

Beberapa pemain masih berusaha untuk mendapatkan form terbaik, seperti Mesut Ozil, Sami Khedira dan goal getter utama Brazil, Fred. Pemain yang disebut terakhir menjadi sasaran kritik karena seret gol walaupun didukung bejibun gelandang talenta tinggi di skuad Samba. Tapi semestinya seiring turnamen berjalan, pria muallaf yang mengenal Islam berkat Benzema pas maen bareng di Lyon itu bisa menunjukkan tajinya sebagaimana di Piala Konfederasi 2013.

Anyway, jadwal 16 besar sudah dirilis sebagai berikut :

** Terjadwal maen di jam 23.00 WIB **

Brazil vs Chile ; Belanda vs Meksiko ; Prancis vs Nigeria ; Argentina vs Swiss

Maen di jam 23 WIB itu berarti jam 1 siang waktu setempat. Ngentooos… Tantangan banget buat para pemain muslim Brazil, Prancis, Nigeria dan Swiss. Most likely mereka ga puasa sih pas jadwal tanding.. hehe..

** Terjadwal maen di jam 03.00 WIB **

Kolombia vs Uruguay ; Kostarika vs Yunani ; Jerman vs Aljazair ; Belgia vs AS

Yang ini agak mendingan, jam 5 sore waktu setempat. 20 menit sebelum buka puasaa.. Bayangin di menit 20 ada yang cedera, permainan terhenti, penonton ada yang nabuh beduk, lalu para pemain muslim berlari ke bench untuk ambil kolak buka.. Ahaha..

Dengan berbagai pertimbangan mungkin tetep aja pada ga shaum, tapi expect di ruang ganti Aljazair udah disediain kolak, koktail, ama kurma. Antara udah beli, atau dari ofisialnya yang masih aja jadi para pencari takjil (mana ada di sanaa…)

Semoga para saudara seiman kita dapat hasil terbaik dan tetep bisa menjalani Ramadhan dengan sebaik-baiknya di sana. Gimanapun ini pertama kalinya juga bagi mereka ikut Piala Dunia di saat Ramadhan. Terakhir ada Piala Dunia dan Ramadhan berbarengan itu pas 1982, mayoritas pemain belum lahir kala itu.

**

Tulisan ini buat iseng aja insight terkait Piala Dunia dan pemain muslim yang masih berkompetisi di sana. Untuk persiapan Ramadhan di depan, jangan Piala Dunia mendistraksi target-target amalan ibadah kita. Bismillah semoga kita dapat menjalani Ramadhan ini dengan lebih baik. Amiin…

Marhaban ya Ramadhan  🙂

Ramadhan dan Kedekatan dengan AlQur’an

Marhaban ya Ramadhan.. Selamat datang bulan Ramadhan..

Subhanallah.. Tak terasa yah sudah masuk ke bulan nan suci ini lagi. Bulan yang semestinya kita sambut dengan suka cita karena bakal ada banyak sekali berkah dan keutamaan selama sebulan ke depan. Pun harus banyak-banyak memohon ampun kepada Allah SWT. Tuntunan untuk menjadi orang bertaqwa hampir-hampir kita lupakan selama 11 bulan kemarin, bukan?

Semoga saja tidak.. tapi selalu ada baiknya kita saling mengingatkan. Tentunya kembali dibuka dengan QS Al-Baqoroh: 133

Mari berniat kembali mengharap ridho Allah, mencapai derajat taqwa..

Bismillahirrahmanirrahiim..

Ramadhan dan Al-Qur’an

Al-Qur’an turun di bulan Ramadhan (nuzulul Qur’an). Seperti dalam QS Al-Baqoroh: 185

Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alqur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).

Terang di sini pentingnya mendekati Al-Qur’an, utamanya dalam bulan Ramadhan nan penuh berkah ini. Bagaimana mungkin kita bisa menjadi insan bertaqwa, bisa membedakan haq dan bathil, bisa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, tapi kita jarang memegang “panduan”nya, mengamalkan isinya. Bimbingan yang tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya.

Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa

Di negeri kita ini dalam tanggal 17 Ramadhan seringkali memperingati malam Nuzulul Qur’an. Memang ayat pertama tercatat pada tanggal itu, tapi sebenarnya tidak ada tuntunan untuk memperingatinya. Justru yang mesti kita nanti bukanlah malam pertama diturunkannya Al-Qur’an, melainkan malam disempurnakannya Al-Qur’an: malam Lailatul Qadr.

Kita tidak tahu kapan jatuh pastinya malam Lailatul Qadr. Tapi kita tahu bahwa malam itu bernilai lebih dari seribu bulan (1000 bulan itu berapa tahun coba? melebihi umur kita di dunia kan?) dan kita bisa mengusahakan untuk mendapatkannya.

Caranya tentu saja dengan memperbanyak membaca dan mengamalkan Al-Qur’an mulai dari detik ini. Waktu senggang di siang hari yang biasanya kita gunakan untuk tidur atau hal kurang bermanfaat diganti dengan membaca Al-Qur’an. Toh, tak perlu khawatir terasa berat. Bila kita biasa harian cuma 1 ruku’, coba baca deh dan kagumi bahwa membaca 1 ruku’ di bulan Ramadhan itu terasa sangat singkat seperti membaca 1 baris di hari biasa. Yang biasa membaca 3 ruku’ selama hari biasa, membaca 10 ruku’ di bulan ini pun terasa lebih singkat dari membaca 3 ruku’ itu. Kita hanya perlu memulai! 🙂

Ramadhan dan kedekatan dengan Al-Qur’an sungguh sangat berkaitan. Simpulnya akan mengikat hati kita dan membimbing menuju derajat taqwa. Sebulan penuh terbentang untuk kita mendekatkan diri dengan Al-Qur’an. Mari niatkan bersama untuk terus membaca dan mengamalkan sebaik mungkin.

Bismillahirrahmanirahiim..

Tarawih 24- Masjid Salman ITB

Malam 24 Ramadhan… Kembali sholat tarawih di Masjid Salman. Sedihnya, kemungkinan besar ini adalah malam terakhir saya bertarawih dan tilawah di Salman untuk Ramadhan tahun ini (hikz..). Semoga masih diberi banyak kesempatan Nyalman di Ramadhan tahun-tahun berikutnya, dengan “the better of me” tentunya (amiin..aminn..amiin). Kabar baiknya, saya sadar bahwa besok sudah pulang kampung (yuhu..), bisa beribadah lagi dengan Bunda, Bapak dan Adik tercinta..

Khutbah malam ini dibawakan oleh Pak Asep Zaenal Ausop, ustad yang kebetulan saya pernah jadi mahasiswa beliau di mata kuliah Agama dan Etika Islam. Selalu asyik kalau beliau membawakan ceramah, tak terkecuali hari ini. Nice.

**

Dalam khutbah tarawih malam hari ini, khotib menyampaikan mengenai nikmat-nikmat lain dari shaum, yang secara terselip sangat bermanfaat bagi diri walau mungkin kita sendiri jarang menyadarinya. Nikmat lain apa sajakah itu? Langsung saja…

Pertama, shaum Ramadhan ini menjadikan kita lebih dekat dengan makanan Halalan Thoyiban.  Makanan yang halal dan sehat. Jadi kalau selama ini semua jenis makanan, baik halal maupun haram, menyehatkan atau bikin sakit, beredar dengan bebasnya. Saat Ramadhan, makanan yang dijajakan secara tak langsung berstatus halal dan thoyib. Seakan ada kontrol tersendiri terhadap makanan yang beredar. Kurma yang penuh khasiat itu juga bisa kita dapat dengan mudah. Oke nih, banyak makanan halalan thoyiban. Tapi, kalau kita ga punya kontrol dalam makan (misal selepas buka, langsung aja sikat banyak makanan) yah jadi ga thoyib juga… Hmm…

Kedua, saat shaum ini berlangsung proses detoksinasi tubuh dan jiwa kita. Apa itu detoksinasi? Yuph, pembersihan racun. Baik langsung yang secara ilmiah berada dalam tubuh hilang, juga melenyapkan penyakit-penyakit hati (hasad, dengki, iri hati, kikir, dll). Jadi shaum sebenarnya juga bagian “gaya hidup sehat”. Tapi bener nih kita sudah berusaha melenyapkan racun tubuh dan jiwa? Kalau  tiap hari masih memberi racun tubuh (makan tanpa kontrol selepas buka) dan penyakit hati (masih sering emosi dan mengumpat misalnya), proses detoksifikasinya bakal lancar ga tuh? Ehem…

Ketiga, shaum menciptakan kebiasaan (habit) yang baik bagi kita. Dengan shaum, kita dilatih untuk menahan emosi, berdisiplin, semangat berbagi, dan hal baik lainnya. Konon, habit baru akan terbentuk dengan melakukan kegiatan yang sama selama minimal 3 minggu. Nah, shaum Ramadhan kan 1 bulan. Kalau kita merasa belum terbentuk habit baiknya, masih ada evaluasi tambahan dengan puasa 6 hari Syawal. Siap dengan habit yang baik? Insya Allah siap tentunya ya.. 😀

Keempat, ada malam lailatul qadr di 10 hari terakhir Ramadhan. Di malam yang lebih dari 1000 bulan ini, jutaan malaikat turun ke bumi. Pintu cahaya Allah SWT terbuka selebar-lebarnya. Malam itu juga merupakan malam taqdir, mungkin saja kita terbimbing jadi jauh lebih baik atau malah sebaliknya karena terbiasa tak memanfaatkan kesempatan. Dengan i’tikaf dan meningkatkan amalan, harapannya taqdir kita jadi lebih dan lebih baik.

Itulah kenikmatan-kenikmatan lain dari ibadah shaum nan luar biasa. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan manfaat.

Bismillahirrahmanirrahiim…

Tarawih 23- Masjid Darul Hikam Dago

Malam 23 Ramadhan… Agenda tarling malam ini ke masjid Darul Hikam yang ada di jalan Ir.Juanda (atau lebih populer dengan jalan Dago). Bisa dibilang masjid megah ini merupakan satu-satunya masjid di pinggir jalan Dago nan termasyhur. Walaupun terletak di jalan Dago, tapi kebisingan kendaraan dari luar masjid tidak begitu terasa. Insya Allah masih bisa sholat dan mendengarkan khutbah dengan nyaman.

**

Dalam khutbah tarawih malam ini, khotib mengingatkan akan waktu yang terus bergulir meninggalkan kita. Bahwa belum tentu di esok hari kita masih menghirup udara. Mungkin saja ini Ramadhan terakhir bagi kita. Dan apakah kita sudah siap jika benar-benar kehilangan waktu kita di dunia?

Karena itu, di hari-hari akhir Ramadhan ini, marilah kita senantiasa menyempurnakan shaum. Selain dari kuantitas amalan (ibadah, dzikir, tadarus,dll), juga dari sisi niat. Apakah shaum kita sampai lebih dari 20 hari ini didorong oleh kebutuhan dan pengetahuan, bukan saja karena ikut-ikutan, bukan saja karena rutinitas.

Di 10 hari terakhir, akan menjadi orang yang rugi apabila kita tidak mendapat maghfiroh dari Allah SWT. Tentulah kita berharap masuk dalam golongan orang yang beruntung dengan ampunan Allah SWT. Karena itu, mari berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirat), bergegas sesegera mungkin sebelum ajal menjemput kita. Seperti disebutkan dalam QS Ali-Imron: 133 berikut

Semoga kita bisa terus meningkatkan amalan kita di 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini, dan akhirnya mencapai target: mendapat maghfiroh dari Allah dan derajat ketaqwaan.

Bismillahirrahmanirrahiim…

Tarawih 22- Masjid Darudda’wah Pelesiran

Malam 22 Ramadhan… Kali ini saya “kembali” ke masjid yang di 2 tahun pertama kuliah di ITB hampir selalu saya sholat tarawih di situ. Tak lain masjid DarudDa’wah, di jalan Pelesiran.

Menyenangkan sekali bisa kembali di masjid nan nyaman menentramkan ini. Dengan lantai kayu dan rapatnya shof menjadikan suasana masjid ini seperti Salman, tapi dengan jamaah yang lebih mini.

***

Dalam khutbah singkat (kultum) tarawih malam ini, khotib berpesan kepada jamaah untuk sama-sama saling berada pada rel Al-Qur’an dan Sunnah. Terutama dengan keutamaan bulan Ramadhan.

Allah SWT menciptakan kita untuk beribadah pada-Nya. Apa yang kita dapat di dunia sangat bergantung kadar ibadah, tentu ibadah yang selalu berlandaskan keimana, Al-Qur’an dan Sunnah. Seperti dijelaskan dalam QS Ali-Imron 102-103

Tuntutan kita untuk meningkatkan keimanan dan pemahaman akan Quran dan Sunnah sangat penting mengingat kita menghadapi tantangan yang begitu dahsyat di era modern ini. Kaum Yahudi banyak menguasai bidang-bidang strategis dan mendzalimi umat muslim sebagaimana memang mereka selalu membenci (QS Al-Baqoroh: 120)

Dan di bulan Ramadhan inilah momen kita. Momen untuk terus berada di rel dan terus menegakkan Al-Qur’an dan Sunnah

Bismillahirrahmanirrahiim…

Tarawih 21- Refleksi Sepertiga Akhir

Malam 21 Ramadhan… Melanjutkan refleksi kemarin, mengenai Spektrum Bathin dan Pergolakan Qalbu yang diambil dari khutbah Ustad Samsul Basaruddin di Masjid Salman ITB. Setelah kemarin membahas wilayah “medan iblis super”, kali ini saatnya bahasan mengenai wilayah kebalikannya, yakni wilayah “medan malaikat super”.

Jika kesombongan menjadi dasar yang membawa pada “medan iblis”, maka ketaatan pada Allah SWT dalam “medan malaikat” berawal dari keimanan. Kompleks IMAN ini termaktub dalam QS At-Taubah: 112

Kompleks Iman ini berlanjut pada Kompleks Taubat, karena taubat tidak akan mungkin terjadi jika tiada keimanan. Ada tak kurang dari 92 ayat dalam Al-Qur’an yang membahas tentang taubat, salah satunya QS At-Tahrim:8

Taubah akan membawa pada sifat Rendah Hati seperti pada QS Asy-Syu’ara:  215

pun membawa pada Harga Diri sebagaimana QS Ali Imron: 139

Dengan sifat rendah hati dan harga diri, maka dalam etos pengambilan keputusan tak lagi ‘Ajula (tergesa-gesa), tapi dengan terus mengingat Allah SWT. Sifat ini disebut DZKIR, dijelaskan dalam QS Ar-Ra’d : 28

Ketentraman dengan mengingat Allah menjadikan kita SHABR saat ditimpa cobaan

      

serta SYUKR saat diberi kelebihan nikmat oleh Allah SWT

Selanjutnya kedua sifat SHABR dan SYUKR akan menjadikan kita sebagai PRIBADI YANG TENANG, pribadi yang memiliki kontrol terhadap Qalbun. Tertulis dalam 4 ayat terakhir QS Al-Fajr

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku”

Subhanallah. Tentulah menjadi harapan kita untuk bisa jadi pribadi yang tenang, punya kontrol Qalbun, yakni hati yang puas lagi diridhoi-Nya. Ayat-ayat cinta dari Allah SWT yang merayu kita, mengajak kita untuk terus memperbaiki diri untuk masuk ke dalam hamba-hamba-Nya dan masuk Jannah.

Sudahkah kita menjadi pribadi yang tenang?

Bismillah.. mari memperbaiki diri

Tarawih 19- Masjid Salman ITB

Malam 19 Ramadhan.. Agenda tarawih keliling kembali ke Masjid Salman. Tak terasa sudah 3/5 Ramadhan 1432 H ini terlewati. Makin terasa bahwa masih banyak amalan yang mesti dikejar dan ditingkatkan.

Khotib tarawih malam ini adalah Bapak Ir.H. Akhmasj Rahman. Beliau salah satu pembina masjid Salman ITB

**

Dalam khutbah tarawih malam ini, khotib memberikan materi yang sedikit banyak juga merupakan renungan. Renungan ini menghadirkan pertanyaan berikut: Apa penyebab perbaikan diri kita seperti belum tampak? Mengapa ibadah yang sudah bertahun-tahun kita kerjakan seakan belum memberi dampak?

Perbaikan merupakan harga yang mahal. Kebanyakan mesti melalui proses yang panjang. Banyak pula yang merasa sudah berada dalam jalur perbaikan, tapi nyatanya masih saja terpuruk. Sebagaimana kondisi bangsa kita saat ini, Kondisi yang terpuruk. karakter yang terpuruk. Mental yang terpuruk.

Kalau ada satu jawaban mengapa bangsa kita, atau sebenarnya tidak usah jauh-jauh, diri sendiri saja sedemikian terpuruk. Jawabnya adalah kita KEHILANGAN sentuhan ibadah. Ibadah hanya seperti rutinitas saja. Sehingga hasilnya pun seperti berlalu begitu saja. Tanpa makna dan tanpa perbaikan. Padahal indikasi paling mudah atau tegas bahwa telah terjadi perbaikan diri kita adalah Allah SWT mengganti keburukan dengan kebaikan-kebaikan.

Untuk mendapatkan sentuhan ibadah maka ada 4 hal diterimanya ibadah sebagai berikut:

Pertama, ibadah yang kita lakukan mesti disertai rasa tunduk patuh, berserah diri kepada Allah SWT.

Kedua, ibadah ini semestinya memberikan pencerahan kepada diri kita. karena itu, kita semestinya tau esensi dari ibadah

Ketiga, ibadah membawa kita dari kegelapan (keburukan-keburukan) kepada cahaya yang terang benderang

Keempat, ibadah membawa kita pada pembebasan belengu-belenggu duniawi.

Apakah ibadah yang sudah kita lakukan selama ini, selama bertahun-tahun, telah memberikan empat kriteria di atas?

Ini yang mesti kita renungkan. Dan kita perbaiki tentunya. Karena tanpa sentuhan ibadah maka kita tak lebih dari manusia yang lalai. Sedang balasan untuk manusia yang lalai adalah neraka Jahannam (QS Al-A’raaf: 179)

Naudzubillahi min dzalik.

Semoga kita bukanlah termasuk orang-orang lalai. Maka dari itu mari kita lakukan langkah perbaikan, dengan sentuhan ibadah.

Bismillahirrahmanirrahiim…

 

Tarawih 18- Masjid Mungsolkanas

Malam 18 Ramadhan.. Kali ini “wisata religi” berlanjut ke Masjid Mungsolkanas. Terpikir untuk sholat di sini karena melihat selebaran di Salman mengenai paket wisata ruhani napak tilas 3 masjid saksi bisu perkembangan Islam di Bandung: Masjid Mungsolkanas, Masjid Cipaganti, dan Masjid Agung Bandung. Dua masjid yang disebut terakhir telah saya kunjungi (ada di tulisan tarawih 2 dan tarawih 11). Nah, masjid yang disebut pertama ini yang masih membuat penasaran.

Hunting info mengenai Masjid Mursolkanas pun dilakukan. Ternyata eh ternyata, masjid ini merupakan masjid tertua di kota Bandung! Konon, masjid ini telah berdiri sejak 1869, walaupun tidak ada literatur resmi yang membahas masjid ini. Walau banyak diakui sebagai salah satu masjid tertua tapi masjid ini tidak masuk dalam bangunan cagar budaya kota Bandung. Tapi satu hal unik nan menarik bagi saya adalah nama masjid itu. Mungsolkanas, artinya apa ya? Dan saat tahu infonya, owalah ternyata singkatan toh: “Mangga urang ngaos sholawat ka Kanjeng Nabi SAW” (mari kita bersholawat pada Rasulullah SAW). Wew,,,,ada aja… dan alasan itulah yang membuat tetap tertarik untuk berkunjung.

Nah, untuk mencari letak masjid ini ternyata tidak cukup mudah. Walau beralamat di jalan Cihampelas, salah satu jalan paling masyhur di kota Bandung, tapi keberadaannya yang masuk gang (Gg.Mama Winata) dan tidak dilengkapi plang penunjuk yang memadai, membuat saya sempat bingung juga. Jalan Cihampelas yang hanya “selemparan batu” dari kampus saya susuri dengan sepeda motor untuk mencari letak plang penunjuk keberadaan masjid ini. Perlu 2 kali lewat sebelum menemukan plang itu.. hmm.. ternyata selisih 10 meter sebelah utara dari STBA Bandung atau seberang RS Advent (perlu diketahui bahwa bablas sedikit saja di Cihampelas nan ramai dan searah itu, berarti Anda harus mengulangi dari awal lagi untuk menyusuri). 😀

Setelah mengetahui letak masjid tersebut, saya menyadari bahwa masjid ini tak terlampau jauh untuk dicapai dengan berjalan kaki dari kosan. Well, malamnya saat berangkat tarawih di masjid ini, cukup berjalan menyusuri Gang Taman Hewan dan belakang Cihampelas Walk untuk mencapai lokasinya.

**

Sampai di masjid menjelang adzan Isya, saya mencoba mencari hal klasik apa yang masih ada di masjid berpredikat tertua ini. Masjid mungil yang mungkin punya ornamen dengan nilai sejarah yang spesial. Sayangnya hal itu tidak saya jumpai, atau lebih tepatnya tidak saya temukan. Dari luar, masjid kecil ini terlihat seperti masjid pada umumnya. Sedangkan interior dalam, wah sudah jadi modern semua. Lantai kayu, mimbar marmer. Tidak ada unsur klasik yang saya temukan. Yah, mungkin memang saya dan teman saya (kami ke sana berdua) saja yang tidak menemukan..

Lanjut untuk sholat Isya dan tarawih. Hmm.. ada yang menarik saat tarawih malam ini,, bacaan imamnya.. wow,, ekspres banget. Terutama waktu tarawih. Entah mengejar segera mau tirakatan dirgahayu kemerdekaan Indonesia, tuntutan menyelesaikan 23 rekaat dengan cepat atau bagaimana,, yang jelas, bacaan jadi terdengar diseret (jadi kurang nyaman dengarnya) dan durasi tahiyat akhir bahkan sudah selesai saat belum sampai mengucap syahadatain. Menarik dalam sisi yang negatif kalau ini mah. Ditambah lagi, dengan alasan yang juga tidak saya tahu, tidak ada khutbah tarawih malam ini. Jadi, saya tidak bisa menyampaikan isi khutbah. Mungkin saya jadi berhutang 1 post sebagai pengganti khutbah tarawih malam ini… Hmm…

Masjid tertua.. Masjid tertua..

===

sumber info terkait: http://www.pikiran-rakyat.com/node/96502

Tarawih 17- Masjid Salman ITB

Malam 17 Ramadhan… Malam 17 Agustus.. Saatnya tirakatan Nyalman lagi. Selepas aktivitas kampus yang cukup padat sampai Maghrib di hari Selasa, waktunya refresh hati dan pikiran dengan ibadah di Masjid Salman.

Khutbah pada malam hari ini dibawakan oleh Dr.Yazid Bindar, wakil dekan bidang sumber daya FTI (Fakultas Teknologi Industri) ITB. Di sini baru saya tahu kalau selain beberapa pembina Salman menjadi Dekan ITB, wakil-wakil Dekan pun banyak diisi “orang Salman”. Subhanallah. Semoga dengan begitu, kampus Ganesha ini kian bergerak menuju kampus madani.

**

Khutbah tarawih malam ini membahas mengenai rezeki. Allah yang menciptakan seluruh makhluk hidup. Allah pula yang memberinya rezeki. Allah mengatur rezeki sesuai kehendak-Nya. Bagi manusia, rezeki ini akan diberikan sesuai kadar usaha masing-masing

Terkait rezeki, ada 4 bagian yang bisa kita kejar:

Pertama, infrastruktur rezeki sudah ditetapkan Allah untuk manusia.

Kedua, bagaimana kita berikhtiar untuk memperoleh rezeki.

Ketiga, bagaimana kita melakukan pengelolaan terhadap rezeki.

Dan keempat, bagaimana kita menggunakan rezeki dengan penuh tanggung jawab serta menyadari bahwa terdapat hak/bagian orang lain dalam rezeki yang kita peroleh.

Keempat bagian di atas hanya kita sendiri yang bisa merenungi capaian masing-masing. Sudahkah berikhtiar dengan maksimal? Sudahkah mengelola rezeki dengan baik? sudahkah kita membagi rezeki untuk orang lain?

Di bulan Ramadhan ini, hendaknya kita bisa menyadari betapa besar rezeki, betapa besar nikmat yang diberikan Allah SWT. Dan mestinya kita terus bersyukur dan bersyukur. Cara bersyukur tentu tak hanya sekedar ucapan, tapi dengan menggunakan rezeki sebaik mungkin dalam balutan ketaqwaan dan mengharap ridho Allah SWT.

Semoga kita termasuk orang yang bersyukur dan senantiasa bisa memanfaatkan rezeki di jalan Allah.

Bismillahirrahmanirrahiim…

 

Tarawih 16- Masjid Al-Irsyad Padalarang

Malam 16 Ramadhan.. Kali ini meniatkan tarawih dengan menempuh jarak yang cukup ekstrem dari kosan, lebih dari 10 km. Ide untuk sholat tarawih di Masjid Al-Irsyad Kota Baru Parahyangan, Padalarang, ini tercetus saat saya berkunjung ke Puspa Iptek The Biggest Sundial (baca di sini). Selepas berkunjung di tempat peragaan iptek di kompleks elite itu, saya berkesempatan sholat Ashar di masjid sekitar sana. Ternyata masjidnya sangat nyaman dan benar-benar membuat rindu ke sana lagi. Dan sesaat setelah itu langsung tercetus, waktu Ramadhan harus sempat sholat di masjid ini, walau hanya sekali. Jarak jauh tak jadi kendala.

Apa yang istimewa dari Masjid rancangan arsitek kenamaan Indonesia, Ridwan Kamil ini? Lihat dulu tampak luarnya. Seperti miniatur Masjidil Haram (Ka’bah), dengan dinding yang detailnya dibentuk kaligrafi syahadat. Pada saat azan maghrib menggema sampai malam hari, cahaya yang terang dari dalam masjid akan memancar keluar. Ini seolah sebagai ajakan memanggil umat untuk beribadah. Cukup sampai situ? Tentu tidak. Konsepnya yang memadukan dengan balutan alam menciptakan rasa tentram tersendiri. Dinding depan (menghadap kiblat) dibuat terbuka menghadap langsung ke alam, terdapat kolam di depan shof pertama yang menyejukkan, kaligrafi Allah yang bercahaya di tengah kolam, serta dinding-dinding masjid berventilasi sempurna. Belum lagi karpet yang nyaman dan tutup lampu bertatah Asmaul Husna. Luar biasa. Tak salah kita masjid ini memegang predikat 1 dari 5 bangunan terbaik (Building of the Year) 2010.

Subhanallah. Alhamdulillah. Laa ilaaha illallah. Selain kenyamanan dari tempat ibadah, Khutbah tarawih malam ini oleh khotib Ustad Fajar juga sangat menarik. Disampaikan dengan penuh senyum, mungkin ustad yang paling renyah senyumnya selama khutbah tarawih Ramadhan ini, dengan materi yang bagus. Benar-benar menentramkan bisa beribadah di masjid ini.

**

Dalam khutbah malam ini, khotib menjelaskan mengenai hadits Qudsi berikut:

dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.’

(Hadits Riwayat Bukhori Muslim)

Dari hadits Qudsi itu, tersurat salah satu keistimewaan shaum, yakni langsung untuk Allah SWT. Tapi bukankah semua ibadah juga untuk Allah SWT? Ya, tapi jika dalam ibadah lain disebut balasannya 10 sampai 700 kali lipat besarnya, shaum ditentukan langsung oleh Allah SWT. Bisa sangat banyak tanpa ditentukan ukurannya. Dan kalimat dalam hadits Qudsi di atas merupakan bahasa cinta Allah..

Bahasa cinta bagaimana?

Coba kita renungkan lagi, kalau kita semua umat muslim shaum, Allah untung atau rugi? Lalu jika seluruh manusia di dunia ini juga shaum, maka apakah Allah juga untung, atau rugi? Tidak sama sekali. Shaum untuk-Nya itu adalah bahasa cinta Allah, bahwa Allah membuka selebarnya pintu rezeki dan ampunan sebagai cinta-Nya kepada manusia.

Oke, mari ditinjau dari keberadaan manusia. Manusia itu lebih mulia dibanding makhluk Allah yang lain, apa karena diciptakan dari saripati tanah atau karena dihembuskan ruh di dalam raganya?

Kalau manusia mulia karena diciptakan dari tanah, tentu malaikat tidak sampai “interupsi”. Malaikat pernah protes kepada Allah secara halus mengenai alasan manusia menjadi khalifah, padahal makhluk dari tanah itu senang membuat kerusakan. Tapi Allah SWT menjelaskan mengenai keberadaan ruh pada manusia.  Sedangkan iblis, yang sampai akhir tidak mau tunduk dan akhirnya dilaknat Allah, karena merasa api itu lebih unggul dari tanah. Jadi apa yang membuat manusia mulia? RUH. Bukan karena dari tanah.

Lalu, kenapa kita, manusia, yang katanya mulia itu, masih saja terlarut menyibukkan diri dengan “tanah”?

Kita mengejar materi, itu kan hubungannya dengan tanah. Kita ingin punya kekuasaan, hubungan dengan tanah juga. Kita ingin makan yang enak-enak, hubungan dengan tanah juga. Kita mau punya pekerjaan, mau kaya, dan terus saja hanya mengejar hal-hal berbau saripati tanah. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan ruhiyah diabaikan. Merasa mulia?

Oya, ada yang bagus.., ini ni..

Mau kaya? Mau. Pasti. Nah, sebenarnya jadi kaya itu peluang atau kepastian sih? Benar, peluang.

Mau mati? Pasti enggak. Nah sebenarnya mati itu peluang atau kepastian sih? Kepastian..!

Nah,, aneh kan.. bersibuk-sibuk dengan peluang (yang belum tentu dapat) tapi lupa dengan yang sudah pasti. Katanya suka yang pasti-pasti aja…

Inilah pelajaran bagi kita di bulan Ramadhan, bulan yang diberikan sebagai wujud cinta Allah pada manusia, untuk menyadarkan dan meningkatkan akan amalan ruhiyah. Jangan dianggap Ramadhan itu sekedar musim (kaya musim rambutan, musim durian aja), hanya sekedar rutinitas tahunan. Di bulan Ramadhan inilah, kita mestinya sadar dari mana asal kita, dan sebenarnya apa yang membuat kita mulia. Jangan hanya terpikir menahan lapar, menahan haus, melulu sibuk dengan memikirkan urusan tanah. Ramadhan itu bulan ruhiyah, bukan bulan tanah

Mari mengambil hikmah. Mari kita renungkan. Mari menjadi lebih baik.

Bismillah..