Bangun

Minggu ini harus diakui lumayan melelahkan, baik bagi hati maupun pikiran. Assignment dan deadline di mana-mana. Mulai begadang-begadang unyu lagi buat ngerjain tugas. Di satu sisi ini bagus karena membuat diri ini tersibukkan. Tapi kok ya kalau tidur selepas midnight itu, susah bangun sholat lail. Jangankan  sholat lail, subuhan aja lebih dekat ke waktu matahari terbit (shuruk) dibanding pas adzan (fajar). Zzz…

Karena hari ini weekend jadi lebih santai, walaupun ntar masih harus seharian ke luar kota, tapi malam sebelumnya bisa tidur lebih awal. Tepat jam 22.30 saya sudah tidur, yes! (ahaha.. jarang-jarang bisa tidur seawal itu). Dengan harapan, bisa bangun di sepertiga akhir malam.

Setelah terlelap sekian lama, saya pun melek. Hmm.. pulas banget tidurnya. kayaknya udah jam 5 ini (subuh jam 6). Masih bisa sholat lail. Tapiiii….

Nempel di kasur. Dari melek ke bangun (bangkit dari kasur) itu benar-benar gede ya perjuangannya… Hahaha

Emang nih butuh inget lagi kalimat sakti ini,

Bangun pagi aja susah, gimana bangun keluarga

Uhh.. susahnya jadi orang yang mudah ter-challenge dengan kalimat nylekit tapi benar adanya itu. Kali ini berguna sih. Memaksakan diri untuk bangun walau mata cuma 5 watt gini (masih ngantuk). Lihat jam di dinding…

What! Masih setengah 2 dini hari?!

Kucek-kucek mata. Barangkali salah liat, perasaan udah tidur lama. Lihat lagi jam di dinding, arloji dan hape. Bener lah, valid jam 01.30.

Ya Allah.. Tadi berharap bisa bangun pagi, tapi ga sepagi ini juga kali… -_-

Astaghfirullah. Masih mesti bersyukur banget ini ya.. Masih diizinkan kebangun.

Okey, 2 tantangan sudah terselesaikan: 1. Melek sebelum subuh, 2. Bangkit dari kasur. Menuju tantangan ketiga: wudhu. Baca Selengkapnya

Sholat Lail sebagai Penguatan Bekal

Lama ga posting tentang Islam. Kali ini saya coba lagi posting karena sepertinya saya sendiri baru butuh banget mendekatkan diri pada Allah SWT. Jadi butuh banyak reminder. Dan semoga postingan ini bermanfaat pula untuk kawan-kawan semua 🙂

Materi ini merupakan intisari dari tausiyah Majelis Jejak Nabi oleh ustad Salim A Fillah yang saya ikuti dua tahun yang lalu di Jakarta. Bismillah..

**

Rasulullah SAW kala itu baru mendapat perintah untuk berdakwah secara terang-terangan. Sebagai sang Al Amin sekaligus keturunan bani Hasyim yg disegani di seantero Arab, Rasulullah secara teori sangat mudah dipercaya dan mendapat perhatian, baik dari bani di Mekkah maupun peziarah yg datang ke Masjidil Haram.

Tapi.. tapi nih ya.. faktanya banyak sekali yang terhalang dari hidayah Islam. Tak lain tak bukan faktor itu adalah paman Nabi sendiri, Abu Lahab. Setiap Rasulullah selesai berorasi dan orang2 yg mendengar merasa excited, Abu Lahab langsung membuat orasi yang menyebut semua yang dikatakan Muhammad adalah dusta, saya aja pamannya sama sekali ga percaya, apalagi kalian, ga semestinya percaya. Orang-orang pun jadi ikut hasutan Abu Lahab, terhalang dari hidayah.

Oya, Abu Lahab ini satu-satunya orang kafir yang saking jahat perbuatannya, diabadikan namanya dalam Al Quran. Ia dan istrinya pun satu-satunya cinta “abadi” sepasang manusia di dunia akhirat yang tertulis dalam Al Quran. Ironisnya, dijamin abadi dalam siksa neraka. Naudzubillahi min dzalik

Untuk menguatkan bekal mental Rasulullah dalam menghadapi berbagai rupa cobaan dan tantangan dakwah (seperti penentangan Abu Lahab), maka Allah SWT menurunkan QS Al Muzammil (surat ke-73) ayat 1-7 : Baca Selengkapnya