Ketika akan mencari kosan, syarat pertama yang selalu diwanti-wanti oleh orang tua saya adalah dekat dengan masjid. Rumah saya (rumah ortu saya maksudnya) sendiri juga sangat dekat dengan masjid. Rumah kakek nenek saya di Klaten juga sangat dekat dengan masjid, rumah kakek nenek saya di Gunungkidul juga begitu. Praktis, dalam keluarga besar, sepertinya tidak ada yang jarak rumah dengan masjid lebih dari 100 meter (ini jarak yang dengan jalan kaki pun sangat tidak melelahkan). Alhamdulillah, saya dapat kosan pertama di Bandung berjarak hanya 2 meter dari masjid (hanya terpisah selebar gang tikus), sedang kos kedua –yang saya tempati sampai sekarang– berjarak 10 meter (terpisah 2 rumah).
Kenapa harus dekat masjid? Masjid adalah rumah Allah SWT. Masjid adalah tempat jamaah hamba Allah berbondong-bondong beribadah. Masjid yang makmur akan memancarkan energi positif yang besar ke lingkungannya sehingga insan-insan yang terkena lingkupnya bakal cenderung bertingkah laku positif. Insya Allah seperti itu. Dan salah satu manfaat yang paling terasa dari punya kosan/rumah dekat masjid jelas saat berada di masa sebelum cahaya. Masa sebelum cahaya, apakah itu?
Masa sebelum cahaya yang saya maksud adalah waktu sebelum Subuh, waktu fajar sebelum Subuh. Waktu ini sangatlah krusial karena punya pesan kehidupan yang dahsyat. Teman-teman mesti setuju sama saya bahwa waktu malam yang paling dingin bukanlah saat midnight (jam 12 malam) melainkan waktu menjelang Subuh ini. Dinginnya udara seringkali membuat kita lebih memilih merapatkan selimut, menyerah pada udara dan melanjutkan waktu tidur tanpa rasa bersalah. Ini cobaan? Jelas. Berhikmah-kah? Pasti. Dalam hidup, cobaan terberat muncul saat gerbang kesuksesan/keberhasilan tinggal sedikit lagi tercapai (dingin udara nan menggigit sebelum terbit cahaya matahari). Seringkali kita sudah menyerah padahal sebenarnya tinggal sejengkal lagi keberhasilan datang (ya seperti itu tadi, lebih pilih merapatkan tidur). Jadi, kalau ingin memulai hari-hari nan cerah penuh keberhasilan, kita mesti bangun dan menang lawan dinginnya udara sebelum cahaya. See?
Then, masuk lagi ke manfaat besar dekat dengan masjid. Di waktu fajar, muadzin masjid di sini hampir selalu mengumandangkan sholawat dan senandung yang menggugah. Atau minimal pengumuman current time dan Subuh time. Speaker masjid yang terdengar keras lebih bisa membangunkan dibanding alarm/weker yang ditaruh di dekat telinga saat tidur (I know.. How weird we are.. alarm yang sangat dekat justru punya statistik kegagalan membangunkan fantastis bukan? :P).
Di masjid Al-Ikhlas (dekat kosan pertama saya), cara membangunkannya dengan pengumuman current time dan Subuh time. Kakek muadzin biasanya akan mengumandangkannya sekitar jam 4, dengan usual words: ‘Waktos jam opat… Waktos sholat Subuh jam opat langkung…”. Setidakbangunnya saya untuk sholat malam, alhamdulillah masih bisa sholat Fajar. Well, nice work. Nah, yang paling unik jelas di masjid Al-Hidayah (dekat kosan saya yang kedua). Cara membangunkannya dengan sholawat bahasa Arab, lalu diikuti senandung kalimat-kalimat menggelitik dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Sebenarnya saya ingin merekamnya tapi recorder HP saya tidaklah mumpuni, maka cek saja barisan kalimat sang muadzin nan unik berikut:
**
Sangat disayangkan orang cakep tak sembahyang
Sangat disayangkan orang ganteng tak sembahyang
Nabi Yusuf ganteng, rajin sembahyang
Sangat disayangkan orang cantik tak sembahyang
Sangat disayangkan orang cantik tak sembahyang
Siti Fatimah cantik, rajin sembahyang
Sangat disayangkan orang kaya tak sembahyang
Sangat disayangkan orang kaya tak sembahyang
Nabi Sulaiman kaya, rajin sembahyang
Sangat disayangkan orang miskin tak sembahyang
Sangat disayangkan orang miskin tak sembahyang
Nabi Ayyub miskin, rajin sembahyang
**
Wah, nice banget lah senandungnya. Apalagi kalau mendengar langsung itu senandung, bertambah unik menggelitik. Dan karena sifat saya (sstt.. tau lah ya, yang awalnya G itu.. #eh) termasuk salah satu yang “disindir”, jelas saya langsung tergugah. Hoho…
Sholat fajar dan sholat Subuh pun alhamdulillah bisa ditegakkan. Tidak kalah dengan udara dingin dan sholat Subuh di masjid. Yeah! Makasih abang muadzin,, dan sekali lagi alhamdulillah kosan sangat dekat dengan masjid. *dan karena sang edelweis juga bakal terlihat lebih cantik di kala menyambut terbitnya cahaya, bisa terus sholat fajar dan sholat subuh di masjid jadi salah resolusi saya*
Selanjutnya dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim.. Mari menyambut cahaya mentari.. Cahaya indah hari yang cerah yang akan segera kita nikmati…
Ya. Smg sll bs tegakkan shalat malam, fajar n subuh ya.
nice, ternyata prinsip kita kurang lebih sama mus, haha
*punten baru sempet berkunjung setelah 2 tahun, baru nge-blog lagi :-p
sip Fik,, emang asyik kosan dekat masjid 🙂
*makasih udah mampir di blog saya. Tukeran link yo, Fik 😀
yo, kalo berkenan silahkan kunjungi abdurrisyad.wordpress.com 🙂
persis yah sama lirik lagu Letto- sebelum cahaya, biar lagunya udah lumayan lama, tapi saat denger lagu ini.. rasanya ada spirit dan makin semangat untuk datang ke undanganNya saat sebelum cahaya menyingsing..
. 🙂
iya. Letto lagunya juga bagus-bagus itu. semoga sama2 bisa ambil hikmah dan terus semangat 🙂
Permisi, saya izin share foto fajarnya ya, indah soalnya, saya boleh pakai untuk cerpen di blog saya?